Tawuran seolah tak ada habisnya salah satunya mencerminkan kegagalan keluarga dalam membentuk karakter dan kontrol emosi anak sejak dini. Rumah yang tidak lagi nyaman bagi anak dan keluarga tidak lagi menjadi tempat berlindung merupakan salah satu faktor awal dari permasalah tersebut.
Anak yang tidak mendapat perhatian dan pengawasan cukup cenderung mencari eksistensi di luar, bahkan jika itu harus dengan cara yang destruktif. Ketika komunikasi dalam keluarga terputus, anak-anak mencari identitas dalam kelompok sebaya yang kerap membawa mereka pada kekerasan.
Begitu juga halnya dengan penggunaan narkoba. Berdasarkan data BNN tahun 2024, sebanyak 3,3 juta pengguna narkoba di Indonesia didominasi oleh usia muda. Penggunaan narkoba, sebagaimana halnya tawuran menjadi tempat pelarian, termasuk anak dan remaja tatkala keluarga tidak lagi nyaman.
Sangat perlu menjadi perhatian terhadap pengggunaan media sosial kini menjadi arena baru di mana identitas dan eksistensi anak dan remaja dipertaruhkan. Di ruang digital yang nyaris tanpa batas, anak-anak muda mudah sekali terpapar konten kekerasan, gaya hidup hedonistik, dan budaya instan sehingga membentuk pola pikir dan dunia mereka sendiri. Ketika mereka tidak memiliki filter nilai yang kuat dari keluarga dan institusi pendidikan, mereka menyerap apa pun yang tampak menarik tanpa mampu memilah. Ini memperparah kecenderungan mereka untuk mencari pengakuan diri secara impulsif dan destruktif.
Masalah sosial yang melibatkan anak dan remaja ini tidak bisa dipandang sebagai persoalan individu semata, melainkan sebagai cerminan krisis struktural yang lebih luas. Tawuran dan penyalahgunaan narkoba bukan hanya akibat dari kegagalan individu dalam mengendalikan diri, melainkan juga kegagalan sistem sosial dalam menyediakan ruang yang sehat bagi tumbuh kembang psikososial anak.
Krisis ini bukanlah fenomena yang muncul tiba-tiba. Ia tumbuh dari akumulasi pengabaian, yang bermula dari institusi keluarga dan selanjutnya kebijakan publik yang belum berpihak seutuhnya pada kesejahteraan anak. Jika anak dan remaja hari ini tampak kehilangan arah, maka itu karena mereka besar dalam ekosistem yang abai terhadap kebutuhan emosional, spiritual, dan sosial mereka.