Sekarang pun pertanian modern berproduktivitas tinggi basisnya tetap saja penggunaan benih varietas unggul dan penggunaan agro-input yang cukup. Di Pakistan malah menggunakan benih padi hibrida 26 persen dan Cina lebih 50 persen.
Kedua, buku SPM juga melaporkan bahwa sejak 2021 hingga 2024, lebih 2.000 petani Sumbar telah mengujicoba teknologi SPM ini, tersebar di 50 nagari atau kecamatan. Dari >2.000 ujicoba petani ini, 53 di antaranya disurvei oleh Tim Farmers’ Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy (FIELD) Indonesia, yakni sebuah lembaga pendukung gerakan masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan pemberdayaan masyarakat marginal.
Temuannya, teknologi SPM ini lebih unggul di semua lokasi, di mana rata-rata produktivitasnya mencapai 6.8 t/ha, dengan kisaran hasil 3,2–9,1 ton/ha. Petani yang menerapkan teknologi non-SPM hanya mencapai 5,3 ton/ha dengan kisaran hasil 2,4–8,0 to/ha.
Sayangnya, Tim FIELD tidak menjelaskan beragam persoalan yang masih mengganjal secara akademis, pertama, kenapa hasil padi tidak random, artinya tak satu pun produktivitas padi Non SPM yang lebih tinggi dari SPM. Kondisi ini sesuatu yang tak lazim dalam dunia riset. Kedua, kenapa kisaran hasil begitu lebar, atau apa alasannya masih ada petani yang masih menggunakan pupuk (non-SPM) yang hasilnya 2,4 ton/ha.
Menurut saya, rendahnya produktivitas padi non-SPM ini menyimpan fenomena gunung es yang kita abai mengungkapnya. Di medsos, disebutkan bahwa jumlah pupuk subsidi itu sudah semakin dikurangi dari total 140 kg/ha menjadi 70-80 kg/ha dan pada tahun 2024 disebut 114 kg/ha, yang terdiri Urea dan NPK. Akan tetapi, berapa jumlah masing-masing kedua pupuk tersebut tidak dijelaskan. Beberapa Kadis Pertanian saya telpon, semuanya bilang masih seperti rekomendasi nasional, meskipun sudah disesuaikan dengan status hara setempat. Percakapan saya dengan salah seorang Direktur di Kementan menyebutkan bahwa sekarang pemupukan padi sudah didasarkan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi.
Suatu kali, saya berdiskusi dengan Distributor Pupuk Sumbar. Beliau menyebut bahwa pupuk subsidi padi sawah memang kecil jumlahnya, kekurangannya dibeli oleh petani. Menurut saya, barangkali tak semua petani mampu membeli kekurangan pupuk tersebut, sehingga itulah alasannya hasil padi non-SPM masih rendah. Penyebabnya ganda, kurang pupuk kimia dan tanpa pemberian jerami padi.
Ketiga, kelihatannya yang lupa diperhitungkan oleh Tim SPM adalah dampak pembuatan bedengan selebar 1,25 m. Apabila diperhatikan beberapa postingan foto dan video SPM, maka lebar kanal-kanal tersebut kira-kira 30 cm. Dari perhitungan kasar saja terdapat 75 kanal, sepanjang 100 m dan sekitar 62 bedeng (gludan) untuk luas 1 ha. Total luas kanal adalah 2.250 m2 /ha (75 kanal×100 m×0,3 m), sementara total gludan adalah 7.750 m2 (62× 1.25m×100m).