Setelah itu, bagian kaki dan sayap dibuang agar teksturnya lebih nyaman saat dimakan. Proses memasak rendang belalang sama seperti rendang pada umumnya. Bumbu yang digunakan meliputi cabai, bawang merah, bawang putih, kunyit, lengkuas dan serai yang dihaluskan.
Tahapan memasaknya dimulai dengan menyiapkan kuali besar yang diletakan di atas tungku kayu bakar, karena akan memberikan aroma khas yang tidak dapat digantikan oleh kompor modern. Di dalam kuali tersebut santan segar dimasukkan dan direbus perlahan hingga mulai mendidih, setelah itu bumbu halus yang terbuat dari campuran rempah-rempah pilihan seperti cabai, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kunyit, jahe dan serai ditambahkan ke dalam santan.
Perpaduan ini kemudian dimasak sambil terus diaduk, agar santan tidak pecah dan bumbu merata, hingga teksturnya mengental dan mengeluarkan aroma harum yang menggugah selera.
Belalang yang telah melalui proses pembersihan menyeluruh termasuk membuang sayap dan kaki kemudian dimasukkan ke dalam kuali. Dengan gerakan perlahan, belalang diaduk bersama bumbu dan santan, memastikan setiap bagian terselimuti rempah dengan sempurna. Proses memasak ini membutuhkan kesabaran, karena memakan waktu lebih dari dua jam di atas api kecil.
Selama waktu tersebut, rasa dari bumbu perlahan meresap ke dalam daging belalang, sementara santan dan rempah-remah mengalami proses karamalisasi yang memberikan rasa gurih dan pekat.
Hasil akhirnya adalah rendang belalang dengan warna cokelat kehitaman khas, tekstur kering dan cita rasa kaya yang memadukan gurih, pedas dan sedikit manis. Proses panjang ini bukan hanya sekadar memasak, melainkan bagian dari tradisi kuliner yang diwariskan secara turun-temurun di Nagari Pematang Panjang, Sijunjung, menjadikannya warisan rasa yang istimewa dan penuh makna.
Rendang belalang bukan hanya menarik perhatian karena bahan bakunya yang tidak biasa, tetapi juga karena nilai budaya dan kearifan lokal yang melekat di dalamnya. Di Kabupaten Sijunjung, khususnya di Nagari Pematang Panjang, kuliner ini lahir dari tradisi panjang yang terjalin erat dengan kehidupan masyarakat setempat.
Proses mendapatkan bahan bakunya, yakni belalang, bukan sekadar aktivitas mencari makanan, tetapi telah menjadi bagian dari interaksi sosial yang mempererat hubungan antarwarga. Saat musim panen tiba atau menjelang sore hari, warga sering berkumpul di persawahan untuk berburu belalang.