Tak hanya sekadar birokrat desa, Ferdinal menjadi jembatan antara tradisi dan kemajuan. Pada Februari 2017 di Silungkang Tigo, ia memperdalam wawasan tentang regulasi desa, menjadi ahli dalam membaca pola sosial dan potensi yang tersembunyi. Sehingga mendapat perhatian dari Andri Wijaya, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Desa Silungkang Tigo.
Ia mengajarkan bahwa pembangunan adalah seni renungkan dan kerja keras, ia membuka ruang dialog, menyusun perencanaan berdasarkan data nyata, dan menggalang partisipasi warga dalam rembug desa. Semua ini ia pelajari dengan cinta, sehingga pembangunan bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan denyut nadi kehidupan yang berkelanjutan.
Dari hasil itu, Alhamdulillah TP PKK Desa Silungkang Tigo mendapatkan penghargaan. Selang waktu berjalan, ada salah satu posisi perangkat desa yang kosong dan mengikuti kontestasi penjaringan calon perangkat desa. Meskipun tes pertama gagal, namun semangat untuk terus belajar tetap menjadi prioritas utama.
Hasil kerja keras tersebut membuahkan hasil pada saat pembukaan kedua dengan nilai tertinggi dan menjabat sebagai kasi pemerintahan di Desa Silungkang Tigo. Di sana, ia banyak mempelajari dan mengerjakan tugas dibidang regulasi. Merasa cocok dengan hobi membaca regulasi pada saat hadirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa.
Di sini, ia mulai melakukan potensi dan masalah yang dihadapi di desa tersebut. Teknik ini mengajarkannya untuk bisa mengenal sejarah desa, kecenderungan masyarakat ketika terjadi perubahan, kearifan lokal masyarakat, pemetaan potensi dan masalah, kajian mata pencaharian dan kalender musim, serta mencari para aktor kunci di desa.
Setelah enam tahun lamanya mengabdi di Desa Silungkang Tigo, pada pertengahan tahun 2023 disanalah puncak perjuangannya bermuara saat ia terpilih menjadi Kepala Desa Silungkang Oso. Meskipun dianggap pendatang baru di arena politik desa, suara masyarakat yang tulus mengantarkannya meraih kepercayaan.
Dengan visi membangun desa berdasarkan data, keadilan, dan tanpa korupsi, ia mulai merancang sistem pemerintahan yang mudah, transparan, dan profesional. Kedisiplinan dan kejujuran menjadi pondasi utama yang ia tanamkan di setiap jiwa perangkat desa.
Di bawah pimpinan Ferdinal, layanan publik dipermudah, birokrasi dipangkas, dan budaya gotong royong makin menguat. Ia percaya bahwa desa hanya bisa maju jika masyarakatnya bersatu dan bahu membahu. Potensi alam dan SDM yang melimpah dijalin bersama inovasi kreatif demi meningkatkan kesejahteraan. Meski masih banyak tantangan, perubahan kecil demi kecil memperlihatkan harapan dan kemajuan yang nyata.