Dalam perjalanan panjangnya, Ferdinal selalu terinspirasi oleh pesan alm. maestro keroncong Indonesia, Bapak Gesang Martohartono: “Belajarlah seperti matahari, meski tak dilihat tetap menyinari bumi. Berjalanlah seperti air, mengalir sampai jauh.” Pesan ini menjadi nyala dalam hatinya untuk terus menerangi jalan bagi desanya, bak sinar yang tak pernah padam dan aliran kehidupan yang tak terputus.
Kisah Ferdinal adalah puisi kehidupan tentang keberanian pulang, tentang cinta tanpa syarat kepada kampung halaman, dan tentang bagaimana satu hati dapat menjadi pemerah semangat perubahan. Ia mengajarkan kita bahwa dengan ketulusan, kegigihan, dan kecintaan pada sesama, sebuah desa yang dulu dianggap sunyi dan tersembunyi bisa menjadi mutiara yang berkilau, menyinari cakrawala masa depan.
Wawancara Eksklusif dengan Ferdinal: Hati yang Menggerakkan Perubahan
Saat ditemui di pendopo desa yang sederhana namun penuh semangat khas masyarakat Minangkabau, Ferdinal membuka hati tentang perjalanan hidup dan perjuangannya membangun Silungkang Oso.
“Saya selalu percaya, perubahan dimulai dari diri sendiri,” ujarnya dengan suara tenang namun tegas. “Dulu saya hanyalah anak desa yang merantau dan melihat dunia dari kejauhan. Tapi kampung halaman selalu menjadi pelabuhan hati yang tak tergantikan.
Pulang bukan hanya soal kembali fisik, tapi membawa pengalaman dan semangat untuk memajukan desa dengan cara yang modern, namun tetap menjaga nilai-nilai tradisi.”
Ketika ditanya soal tantangan terberat, Ferdinal tak ragu mengungkapkan, “Yang paling sulit adalah merubah pola pikir masyarakat yang telah lama hidup dengan cara yang sama. Ada kekhawatiran, ketakutan, bahkan penolakan. Tapi saya yakin, kalau kita mau sabar dan konsisten, perlahan mereka akan mengerti bahwa inovasi bukan musuh, tapi sahabat.”
Kepada masyarakat, ia selalu berpesan agar tetap menjaga semangat gotong royong. “Saya selalu bilang, keberhasilan desa ini adalah keberhasilan kita bersama. Semua program, semua perubahan, bukan hasil kerja saya sendiri tapi buah buah kerja keras seluruh warga. Setiap individu adalah batu bata yang membangun rumah besar bernama Silungkang Oso.”
Ferdinal juga menyebut inspirasi yang selalu mengikatnya, pesan dari Alm. Pak Gesang Martohartono. “Pesan beliau tentang belajar seperti matahari, berjalan seperti air, itu sangat menyentuh saya. Kadang dalam kepenatan dan tantangan, saya mengingat itu, bahwa selama kita memberi manfaat dan terus bergerak, kita sudah melakukan hal terbaik.”