Indonesia masih memiliki peluang besar untuk mengubah paradoks ini menjadi keberhasilan. Dengan menempatkan pekerjaan layak sebagai pusat kebijakan ekonomi, bonus demografi dapat menjadi pendorong pertumbuhan yang inklusif. Jika tidak, kita berisiko menghadapi generasi muda yang tumbuh dalam ekonomi tanpa kepastian. Pertanyaannya kini bukan sekadar bagaimana menjaga pertumbuhan, tetapi bagaimana memastikan pertumbuhan itu menciptakan pekerjaan dan martabat bagi semua warga negara. (*)