Oleh : Dr. Yulihasri.SE.MBA.CHRM (Dosen FEB UNAND)
Di tengah derasnya arus modernisasi, pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi, banyak individu kini memiliki peluang lebih besar untuk meraih kesuksesan. Namun, muncul paradoks yang tak kalah penting untuk diperhatikan seperti keberhasilan satu orang seringkali diwarnai bukan oleh pujian dan dukungan, melainkan oleh kritik, keraguan dan upaya menjegal dari orang orang sekitarnya. Fenomena inilah yang dalam psikologi populer dikenal sebagai Crab Mentality atau mentalitas kepiting.
Istilah Crab Mentality diambil dari analogi perilaku kepiting yang diletakkan bersama dalam ember. Ketika satu kepiting coba memanjat keluar, kepiting‐kepiting lain akan menariknya kembali ke bawah, sehingga pada akhirnya semua tetap terjebak dan tidak ada yang bisa lepas dari ember tersebut. Dalam konteks perilaku manusia, mentalitas ini menggambarkan pola pikir di mana orang yang melihat orang lain berusaha maju akan berupaya menghambat, menjegal, meremehkan, atau bahkan memusuhi mereka,. Intinya: jika saya tidak bisa punya, maka kamu pun tidak boleh.
Ciri Ciri Crab Mentality
Mentalitas kepiting tidak selalu tampak terang-terangan, melainkan bisa muncul dalam bentuk yang halus, yang kadang tak disadari. Beberapa ciri khasnya:
Meremehkan pencapaian orang lain, yaitu ketika seseorang berhasil atau berkembang, selalu ada komentar seperti “itu biasa”, “cuma keberuntungan”, “pasti ada orang dalam”, yang membuat usaha nyata seakan disamarkan sebagai hasil eksternal semata saja.
Perbandingan negatif, Membandingkan kemampuan sendiri dengan orang lain secara destruktif, bukan sebagai motivasi tetapi sebagai alat untuk merendahkan atau melemahkan semangat orang lain yang maju. Seperti pernyataan “Dia aja belum berhasil, kamu apalagi.”
Penolakan berbagi peluang, Rekan yang mengetahui peluang, peluang kerja, akses, seringkali tidak memberitahu atau malah menutup akses agar orang lain tidak mengambil peluang tersebut.