Ketika menyikapi berbagai macam ujian yang menimpa negeri ini, maka orang yang telah mampu bermuhasabah akan senantiasa teringat peringatan Allah:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Al-A’raf (7): 56-58).
Ternyata tanpa disadari manusia-lah yang telah menjadi salah satu penyebab kerusakan yang terjadi di muka bumi. Kekurang pekaan kita lah yang menyebabkan bertubi-tubinya ujian ini terjadi. Pada saat diri lambat untuk muhasabah, hal tersebut dikarenakan hati yang didominasi oleh kekuatan hawa nafsu dan syahwat yang kemudian menguasai akal agar tidak mau membuka diri menjadi pribadi yang beruntuk di hadapan Allah.
Oleh karena itu Muhasabah merupakan kesadaran akal untuk menjaga diri dari pengingkaran nafsu melalui proses pencarian kelebihan dan kekurangan diri. Muhasabah akan menjadi lampu di hati setiap orang yang melaksanakannya. Lampu tersebut akan menerangi setiap langkah ke depan, dan akan menjadi petunjuk arah ke jalan yang diridloi-Nya.
Sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah sementara, sekedar mampir, dan sekedar persinggahan belaka. Akhirat yang terbentang luas dihadapan kita adalah tempat sebenarnya, tempat berlabuhnya kapal kehidupan yang hakiki, maka alangkah sayangnya bila kita tak memiliki bekal yang cukup untuk berlabuh di pelabuhan akhirat itu. Alangkah ruginya kita bila dunia, tempat yang hanya sementara ini, dijadikan tempat bersenang-senang belaka. Akhirat yang ada di hadapan kita kelak akan menuntut pertanggung jawaban kita, tentang usia dipergunakan untuk apa saja usia kita itu? Tentang anak, telah diajarkan kebaikan apa saja anak kita? Tentang harta, didapat dari manakah harta itu? Tentang jabatan, diperoleh dengan cara apakah jabatan itu? Tentang keluarga, telah dibimbing kemanakah keluarga kita?
Permasalahan itulah yang terbentang di hadapan kita. Namun bagi orang yang beriman, yang di dalam dirinya tertanam suatu niat untuk senantiasa melakukan perbaikan diri menuju kebaikan. Setiap harinya selalu bertambah, bertambah, dan bertambah nilai kebaikannya, maka dunia ini dijadikannya sebagai ladang yang luas dan subur untuk ditanami segala macam kebaikan dan amal shalih. Sehingga, tanaman yang disiram dengan ikhlash dipagari dengan syukur dan sabar akan menuai panen pahala di akhirat kelak.