HARIANHALUAN.ID – Di tengah derasnya arus globalisasi dan derasnya kompetisi antar generasi muda, muncul secercah harapan dari gerakan mahasiswa yang memilih jalur pengabdian sebagai ruang aktualisasi diri.
Gerakan itu datang dari Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Universitas Negeri Padang (UNP), yang dengan semangat intelektual dan jiwa sosialnya, berhasil menghadirkan perubahan nyata di akar rumput.
Kisah mereka bukan sekadar cerita tentang mahasiswa yang “turun ke desa”, tetapi lebih dari itu, sebuah refleksi tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan empati bisa bersinergi untuk membangun masyarakat.
Sering kali kita mendengar istilah “pengabdian kepada masyarakat”, Tim PPK Ormawa UNP membuktikan bahwa frasa tersebut bisa menjadi kenyataan yang hidup. Di Desa Silungkang Oso, mereka menunjukkan bagaimana ilmu dan kreativitas bisa berakar kuat di tanah masyarakat, menumbuhkan manfaat yang nyata.
Tim PPK Ormawa dari Unit Kegiatan Film dan Fotografi (UKFF) UNP tidak datang dengan membawa paket solusi instan. Mereka datang untuk mendengar, memahami dan berkolaborasi. Melalui pendekatan partisipatif, mereka melibatkan masyarakat dalam setiap tahap dari perencanaan hingga implementasi. Hasilnya, lahirlah sinergi yang sehat antara generasi muda dan masyarakat setempat.
Mereka memetakan potensi lokal, menggali kearifan budaya, dan memanfaatkan teknologi untuk memperkuat daya saing ekonomi masyarakat. Salah satu terobosan penting adalah digitalisasi promosi wisata dan produk lokal, sebuah langkah yang menghubungkan desa dengan dunia luar tanpa menghilangkan akar tradisi.
Inilah wujud nyata pembelajaran berbasis empati, mahasiswa belajar tentang kehidupan masyarakat, sementara warga desa belajar memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bersama.
Keberhasilan Tim PPK Ormawa UNP bukan hanya soal capaian program, tetapi tentang bagaimana mereka memaknai kembali peran mahasiswa di tengah masyarakat. Mahasiswa bukan sekadar agen akademik, melainkan juga agen perubahan sosial.










