Peluang Anwar Ibrahim Jadi PM ke-10
Berbeda dengan Pemilu ke-18 di mana partai peserta hanya terbagi dalam dua koalisi besar, yaitu Barisan Nasional (BN) yang dipimpin UMNO dan Pakatan Harapan (PH) yang dipimpin Mahathir Mohamad (karena waktu itu Anwar Ibrahim masih di penjara), maka pada Pemilu ke-15 bulan akan bertarung setidaknya empat kelompok partai. Selain BN dan PH (PKR, DAP dan Amanah), juga ada koalisi Perikatan Nasional (PN, gabungan Bersatu dan PAS dan beberapa partai kecl), serta koalisi baru Gerakan Tanah Air (GTA) yang terdiri dari yang kini digalang Tun Matathir terdiri antara lain Partai Pejuang, Berjasa, Putra, dan Iman. Dengan terpecahnya kekuatan politik ke dalam empat koalisi, maka diperkirakan tidak ada kelompok yang akan meraih kursi mayoritas (112 dari 222 anggota Parlemen) untuk bisa membentuk pemerintahan secara sendirian. Pertarungan paling ketat diperkirakan akan terjadi antara BN pimpinan Ahmad Zahid Hamidi dengan PH pimpinan Anwar Ibrahim yang terakhir menjadi ketua pembangkang (oposisi) dalam parlemen yang sudah dibubarkan.
Pemenang juga akan ditentukan oleh calon perdana menteri yang akan dikampanyekan oleh masing-masing kekuatan. Meskipun UMNO kini merasa berasa di atas angin setelah kemenangan telak dalam pemilu peringkat negeri di Johor dan Melaka beberapa bulan lalu, namun figur Zahid Hamidi sebagai kemungkinan calon PM dari UMNO akan mudah dikalahkan Anwar yang lebih kharismatik. Calon PM lain yang diperkirakan dusul PN adalah Muhyiddin Yasin, bekas PM yang digantikan Ismail Sabri. Sementara Ismail Sabri sendiri kecil kemungkinan akan dicalonkan oleh UMNO karena ia bukan presiden partai.
Namun karena diperkirakan tidak ada partai atau koalisi yang dapat meraih kursi mayoritas, faktor keberadaan GTA pimpinan Mahhir juga sedikit banyak ikut menjadi penentu. Walaupun diperkirakan tidak akan menang, namun seberapapun kursi yang diraih akan turut menentukan koalisi untuk membentuk pemerintahan. Yang jelas, Mahathir telah mengatakan, bisa bersekutu dengan pertai atau koalisi manapun kecuali dengan BN. Artinya, Mahathir bisa saja membayar hutang janjinya kepada Anwar Ibrahim selepas PRU-14 yang lalu untuk menyerahkan jabatan PM kepada mantan seteru sekaligus bekas sekutunya itu.
Bagaimana dengan PN (Bersatu dan PAS) yang dikomandoi mantan PM Muhyiddin Yasin? Sementara ini masih agak sulit menduga arah pilihannya. Mereka bisa saja bergabung dengan UMNO, tetapi faktor persengketaan dalam pembubaran parlemen baru lalu bisa menjadi faktor psikologis yang menghambat. UMNO dan BN sendiri pernah membuka diri bekerjasama dengan PAS, tapi dengan syarat PAS keluar dari PN dan tidak lagi bersekutu dengan Bersatu yang dipimpin Muhyiddin.
Apakah mungkin PN akan bergabung dengan PH? Perkembangan politik di negara tetangga ini masih cair, dan sangat menarik untuk terus kita ikuti dalam pekan-pekan ke depan. (*)