Oleh : Irwan Natsir (Sekretaris Yayasan Thawalib Padang Panjang)
SELASA 23 Mei 2023 pengusaha nasional asal Minang, Yendra Fahmi bersama isterinya Suri Meidina Hanifah, didampingi Prof. dr. Fasli Jalal berkunjung ke Perguruan Thawalib Padang Panjang. Kunjungan tersebut dapat dikatakan spontanitas tanpa diketahui apa agendanya.
Beberapa hari sebelum kunjungan, Prof. Fasli Jalal mengirimkan pesan melalui Whats’ App kepada penulis. Isi pesannya bahwa Yendra Fahmi selaku pengusaha Minang yang sukses ingin melihat perkembangan dari perguruan-perguruan bersejarah di Sumbar, salah satunya Perguruan Thawalib Padang Panjang.
Tidak diinformasikan secara lengkap tentang apa agenda kunjungan tersebut, lalu apa saja yang dipersiapkan dan sebagainya. Inti dari pesan Whats’ App yang dikirimkan Prof Fasli Jalal adalah adanya kunjungan Bapak Yendra Fahmi ke Thawalib Padang Panjang tanggal 23 Mei 2023.
Menjelang kunjungan, mengalami beberapa kali perubahan waktu. Hal ini dimaklumi, sebagai pengusaha nasional dengan kunjungan dua hari ke Sumbar tentu ada banyak pihak yang ingin bertemu beliau. Walhasil, untuk kedatangan ke kampus Thawalib Padang Panjang dengan durasi waktu pukul 11.30-12.15 WIB.
Dalam kunjungan tersebut, mewakili Yayasan Thawalib Padang Panjang, penulis menyampaikan sejarah dan perkembangan Perguruan Thawalib sejak 1898 sampai 2023. Menginformasikan apa saja langkah pembenahan dilakukan sejak 2017 sampai sekarang serta perubahan yang dilakukan.
Pesan utama yang disampaikan dalam paparan tersebut adalah sebagai sekolah bersejarah di Minangkabau dengan usia 112 tahun, Thawalib Padang Panjang adalah lembaga pendidikan ber Tafaqquh Fiddien yang dikelola secara professional, akuntabel dan amanah untuk melahirkan dan mencetak alim ulama.
Setelah mendengarkan paparan tentang Perguruan Thawalib, Yendra Fahmi bersama isteri diajak melihat kondisi lingkungan asrama dan sekolah. Melihat langsung bagaimana bangunan baru gedung asrama yang tengah dikerjakan, bangunan baru gedung sekolah dan bangunan masjid, asrama dan lainnya.
Apa tanggapan Yendra Fahmi atas kunjungan tersebut ? Menurut beliau, kunjungan ke Thawalib tidak ada persiapan khusus dan tidak ada agenda yang direncanakan. Kunjungan tersebut karena diajak oleh Prof. Fasli Jalal. “Saya ke Thawalib tanpa ada agenda. Hanya mengikuti permintaan Pak Fasli untuk melihat langsung. Mungkin ini sudah kehendak Allah untuk datang ke Thawalib,”ujarnya.
Pengakuan Yendra Fahmi pengusaha asal Sulik Air ini, nama Thawalib Padang Panjang sudah tidak asing baginya. Sebab sejak kecil sudah mendengarkannya. Bahkan, kakak nya Yan Hiksas dulu sekolah di Thawalib. “Ibu saya sering datang ke Thawalib waktu kakak saya bersekolah di sini,” ucapnya.
Perguruan Bersejarah
Setelah mencermati dari kedatangan Yendra Fahmi ke Thawalib dan ke sekolah lain seperti Diniyah Putri, Adabiah Padang dan INS Kayu Tanam yang dibawa oleh Prof Fasli Jalal, sebenarnya adalah keberlanjutan dari hasil diskusi yag dilaksanakan pada 13 Maret 2021 secara webinar oleh Minang Diaspora Network (MDN-Grup) dengan moderator diskusi Prof Fasli Jalal.
Diskusi dengan menghadirkan perwakilan Perguruan Thawalib Padang Panjang, Perguruan Diniyah Putri, Perguruan Adabiah, Perguruan Tarbiyah Candung, Sumatera Thawalib Parabek, Perguruan Darul Funun dan INS Kayu Tanam, membahas tentang kondisi serta berbagai persoalan yang dialami perguruan bersejarah di Sumbar tersebut.
Dalam diskusi pada masa pandemic covid 19 itu, pesan yang disampaikan adalah keinginan kuat agar perguruan perguruan bersejarah di Sumbar tersebut tetap eksis.
Tentu pesan seperti itu dapat dimengerti. Karena perguruan perguruan tersebut adalah sekolah bersejarah yang berdiri telah lama seperti Thawalib Padang Panjang sejak 1898, Thawalib Parabek 1910, Adabiah 1915, Darul Funun 1854, Diniyah Putri 1923, Tarbiyah Chandung 1908, dan INS Kayu Tanam 1926.
Pada masa masanya, perguruan perguruan tersebut menjadi magnet bagi orang luar Sumbar datang belajar baik ke Padang Panjang, Padang, Bukittinggi, dan Padang Japang Payakumbuh. Sejarah perguruan perguruan tersebut memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan bukan saja di Sumbar melainkan Indonesia.
Perguruan Thawalib Padang Panjang sendiri, oleh sejarawan Taufik Abdullah disebut sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda, karena semasa Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka) melahirkan gagasan pendidikan klasikal, yakni perubahan pendidikan pengajian dari surau secara halaqah menjadi pendidikan klasikal dengan adanya jenjang pendidikan, kurikulum, buku pelajaran dan sebagainya.
Maka tak bisa dipungkiri, sejarah pendidikan di Sumbar tidak bisa dilepaskan dari kehadiran perguruan perguruan tersebut. Sehingga Minangkabau menjadi tempat orang lain datang untuk belajar, baik belajar agama Islam maupun belajar pengetahuan umum.
Karena perkembangan zaman dan terjadinya berbagai perubahan, tentu tidak bisa dihindari oleh perguruan perguruan tersebut. Berbagai dinamika perjalanan keberadaan perguruan perguruan tersebut membuat posisinya saat ini bagian dari perjalanan yang dialami sendiri.
Untuk itu pesan agar perguruan perguruan tersebut tetap eksis, tetap aktifitas pendidikan berjalan dan memberikan kontribusi bukan hanya untuk Sumbar tapi untuk Indonesia, tentu terus diharapkan. Itulah spirit dari dilaksanakannya lokakarya pada 13 Maret 2021 oleh MDN-Grup dengan moderator Prof. Fasli Jalal.
Spirit tersebut bukan sebatas didiskusikan, tapi juga ingin melihat secara langsung bagaimana keadaan dan perkembangan dari perguruan perguruan tersebut. Itulah jawaban atas kedatangan Bapak Yendra Fahmi ke Sumbar tanggal 22-23 Mei lalu.
Bisa difahami langkah yang dilakukan Prof Fasli Jalal sebagai tokoh Minang dan menjadi Wakil Menteri Pendidikan 2010-2011, mengajak Bapak Yendra Fahmi untuk melihat langsung perguruan perguruan tersebut.
Pilihan mengajak Yendra Fahmi tentu dapat dimengerti. Sebab sebagai pengusaha nasional, beliau punya perhatian besar terhadap dunia pendidikan Islam di Indonesia. Berbagai masjid dan rumah sakit dan lainnya, beliau dirikan dan bangunan dengan nilai puluhan miliar.
Pesan agar perguruan perguruan bersejarah di Sumbar tetap eksis dan terus berkemajuan, tentu akan lebih sempurna manakala semua pihak punya kepedulian dan perhatian yang sama. Apakah Gubernur, Bupati/Walikota, para pengusaha, akademisi dan lainnya.
Sebab, manakala perguruan perguruan bersejarah itu eksis dan berkemajuan dengan memberikan kontribusi sebagamana pada zaman zaman dulu, maka hal ini akan menjadi jawaban atas apa yang pernah disampaikan Bapak Jusuf Kalla Wakil Presiden 2004-2009 dan 2014-2019 ketika berpidato dalam acara 77 tahun Provinsi Sumatera Barat 1 Oktober 2022 lalu.
Menurut Jusuf Kalla, agar ada upaya memajukan kembali tingatkan pengetahuan keagamaan dan mampu kembalikan marwah orang Minangkabau dalam urusan agama Islam. Ada suatu degradasi dari sisi pendidikan keagamaan yang perlu diperbaiki. Dan ini harus menjadi perhatian.
Jadi, manakala perguruan perguruan bersejarah itu tetap eksis, maka industri otak di Sumbar yang menjadi idiom selama ini, akan menjadi kenyataan yang dapat dibanggakan.***