Penutup
Sebagai penutup dapat disimpulkan, Kota Bukittinggi yang dikenal sebagai destinasi wisata utama di Sumatera Barat, lima tahun belakangan ini mengalami penurunan kualitas dalam hal kebersihan, estetika, dan pengelolaan tata kota. Minimnya perawatan fasilitas umum dan ketidaktertiban pedagang kaki lima serta harga parkir yang kurang fair dan tidak standar telah membuat kota ini menjadi kurang nyaman bagi wisatawan. Hal ini ditenggarai karena adanya sentimen politik antarpemimpin yang berdampak kerugian terhadap masyarakat.
Disarankan, a) siapapun nanti yang terpilih jadi pemimpin, agar menghilangkan sentimen, dendam, dan kecemburuan politik. Agar bersikap kreatif menjadikan produk lawan politik menjadi keuntungan tersendiri; b) Meningkatkan kesadaran terhadap kebersihan dan pemeliharaan fasilitas umum; c) Melakukan penataan terhadap pedagang kaki lima di area khusus agar tidak mengganggu keindahan kota; d) Tegakkan aturan parkir yang adil, menyenangkan dan bersahabat; d) Melalui berbagai slogan, pemerintah dapat memanfaatkan berbagai media untuk mendidik masyarakat, agar para pengendara kendaraan bermotor menghormati hak pejalan kaki, terutama di zebra cross untuk keamanan dan keselamatan; e) Terapkan konsep wisata yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat; f) Pastikan pemangku kebijakan benar-benar paham tentang pentingnya pariwisata bagi kemajuan Bukittinggi ke depan.
Saya pribadi bermimpi, suatu ketika Bukittinggi menjadi kota wisata sejarah dan budaya. Dalam radius tertentu dan dalam jam tertentu kendaraan pribadi tidak boleh masuk pusat kota. Hanya ada bis kota khusus seperti di Jakarta yang berhenti di halte tertentu, dan setiap sekian menit seperti di Singapura. Semoga Bukittinggi kembali bisa menjadi destinasi yang nyaman dan menarik bagi wisatawan. Terima kasih. (*)
Catatan: Dirwan Ahmad Darwis merupakan pemikir sosio budaya yang kini tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia.