Jawabannya sederhana saya: saya ingin kembali mengasah lagi daya kritis dan menggerakkan olah pikir saya. Selama lebih kurang 3 tahun saya ada di lingkaran Istana Sudirman 50. Wara wiri di sana. Kadang memberikan masukan, membawa orang-orang yang berkepentingan bertemu Gubernur, masuk tim ini dan tim itu, membela Gubernur dan Wakil Gubernur dari serangan lawan-lawan politik mereka, dan urusan-urusan lainnya.
Pokoknya banyaklah urusan saya di Istana itu. Satu saja yang tidak saya kerjakan: jadi makelar atau pengatur proyek-proyek Pemerintah Provinsi yang saya dengar banyak dikerjakan oleh orang-orang dekat penguasa Istana. Wallahualam.
Terus terang, saya memang merasa agak “bano” selama berada di lingkungan Istana. Daya kritis saya agak tumpul. Pikiran saya kurang terolah dengan baik. Dalam konteks itu, saya tidak menyalahkan pernyataan beberapa orang kolega yang jarang “melihat” saya. Setelah sejak beberapa bulan yang lalu saya memutuskan netral dan saya mulai menulis artikel-artikel kritis lagi, mereka berkata: MK sudah kembali.
Saya memang sudah bertekad, siapapun yang memenangi Pilgub 2024, saya tidak akan wara wiri di Istana. Saya akan berdiri di luar saja. Meneropong saja dari menara yang agak jauh dari Istana. Kalaupun terpaksa berpihak, paling nanti kalau mereka bertarung hukum di Mahkamah Konstitusi.
Dalam rencana, selama 5 tahun ke depan, saya akan jadi partner kritis Pemerintah Provinsi Sumbar. Tentu untuk kepentingan publik. Kebijakan yang benar akan saya aminkan dan dukung penuh. Yang salah akan saya kritik habis. Baik melalui tulisan maupun komentar di media cetak dan online, media sosial dan media lainnya.
Mudah-mudahan Allah mudahkan saya dalam menjalankan ikhtiar pribadi ini, dengan maksud agar Gubernur dan Wakil Gubernur baru nanti menjalankan peran pelayanan publik mereka secara adil kepada seluruh rakyat Sumbar tanpa memandang dari kelompok dan golongan mana mereka berasal. Jadi, kalau bicara untung, pilihan netral ini saya dedikasikan untuk rakyat Sumbar agar beruntung dalam 5 tahun ke depan.