Menurutnya, Singapura termasuk yang terbaik akan bagaimana mencari pasar dan juga wisatawan yang berkunjung ke Singapura selanjutnya untuk bisa meneruskan ke Sumbar. Namun dari Sumbar sendiri tentu terlebih dahulu melakukan destinasi guna kesiapan yang matang.
“Artinya standarisasi destinasi tentu harus diperkuat. Regulasi itu memang harus ada standarisasi. Regulasi tanpa eksekusi percuma. Jangan hanya ada di atas kertas saja selama ini,” katanya.
Sari Lenggogeni juga menambahkan, tiga negara dari Singapura, Malaysia, dan Australia memang menjadi fokus, karena akses dan konektivitas telah kuat. Tentunya dari Sumbar juga perlu penguatannya sebagai branding melalui daya tarik alam dan budaya. “Budaya ini hanya ada di destinasi, tetapi memang lama membudayakan kultur di masyarakat, budaya hospitality, budaya bersih, budaya lainnya. Ini tidak hanya berada di dinas pariwisata saja, tapi semua lintas serta komunitas,” ujarnya.
Begitu juga dengan budaya Minangkabau yang sudah kuat dari infrastruktur bangunan dan nilai sejarahnya yang kuat. Sari Lenggogeni menambahkan agar iven tidak menyasar lokal saja, tapi juga wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara.
“Iven tidak perlu bombastis, tetapi setidaknya melekat di hati wisatawan, dan terkelola dengan baik. Poin ini semua tentang pengelolaan destinasi wisata, pengelolaan yang mempunyai standarisasi. Kita perlu kesiapan, sekarang yang disambut di depan mata pasar Singapura dan dieksekusi dengan cepat. Sehingga WIES penuh dengan kesiapan,” ucapnya. (*)