“Sebetulnya tidak terlalu berpengaruh karena susah mendapatkan tiket di waktu yang dekat dengan momen liburan itu, walaupun harganya diturunkan 10 persen. Jadi kebiasaan wisatawan memesan tiket dari 1 atau 2 bulan sebelumnya,” ujarnya.
Ian mengaku, meskipun jika dilihat dari data bahwa ada lonjakan wisatawan meningkat. Namun menurutnya, faktor meningkatnya wisatawan bukan dari kebijakan penurunan harga tiket sebesar 10 persen itu.
“Wajar saja kalau musim liburan banyak wisatawan yang datang karena memang itu momennya. Jika harga tiket tidak diturunkan pun orang-orang tetap banyak yang berwisata karena mereka telah menunggu momen liburan tersebut,” ujarnya.
Selain tiket domestik yang mahal, yang menjadi pertimbangan wisatawan datang ke Sumbar adalah kondisi kebersihan. Pengelolaan kebersihan di objek wisata tidak hanya mencakup pengelolaan sampah yang baik, tetapi juga sanitasi fasilitas umum, seperti toilet, tempat makan, dan area parkir. Wisatawan cenderung merasa lebih nyaman dan menikmati pengalaman liburan mereka di destinasi yang terjaga kebersihannya.
“Kita banyak menerima keluhan tentang kebersihan dari klien yang datang berlibur ke sini. Jelas Ini menjadi persoalan, belum lagi adanya premanisme dan patok harga makanan yang berada di sekitar objek wisata,” ujarnya.
Ia berharap, masalah kebersihan harus segera dibenahi sebagai upaya untuk menggaet wisatawan baik lokal dan mancanegara datang ke Sumbar.