Hal ini diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan sekaligus memperkuat identitas lokal Sumbar sebagai salah satu destinasi pariwisata sejarah terkemuka di Indonesia.
Sari Lenggogeni juga mengatakan, wisata ada bentuk fisik, benda tak benda, ada yang sifatnya intangible, story telling yang kurang berbasis cerita dan pengembangannya.
Begitu juga dengan budaya Minangkabau yang sudah kuat dari infrastruktur bangunan dan nilai sejarahnya yang kuat.
Jika infrastruktur ini sudah ada di beberapa yang kawasan wisata kota sejarah, stimulus dari pemerintah, terutama pemerintah yang baru untuk diperhatikan.
“Seperti di Bandung atau Malang ada insentif untuk warga atau masyarakat yang mempertahankan rumahnya untuk tidak dihancurkan atau dirobohkan maupun dimodifikasi.
“Lalu disimulus dibiarkan saja, karena tidak semua gedung sejarah milik pemerintah, ada banyak juga yang milik masyarakat,” katanya.