LIPUTAN EKSKLUSIF: Sumbar Kaya Wisata Alam, Berwisata Nyaman dan Aman

Ketua Asita Sumbar

Ketua DPD Asita Sumbar, Darmawi

HALUANNEWS, PADANG — Kekayaan wisata alam di Sumbar memang tidak diragukan lagi. Ketua Asita Sumbar, Darmawi menyebut manajemen destinasi wisata Sumbar seharusnya tidak hanya menampilkan keindahan, tetapi tentunya harus aman dan nyaman bagi wisatawan.

Secara garis besar, Darmawi menyoroti ada lima persoalan klasik pariwisata yang masih ditemukan di wisata Sumbar. “Intinya manajemen destinasi. Yang jadi masalah ada lima secara garis besar,” katanya, Kamis (2/6/2022).

Pertama, kemacetan. Persoalan ini, kata dia, mencakup pembangunan infrastruktur baik jalan provinsi, jalan kabupaten/kota termasuk jalan yang menuju ke destinasi wisata di desa-desa wisata.

“Kita butuhkan untuk pelebaran jalan. Kenyataannya kendaraan bertambah, tapi jalan tidak bertambah lebarnya,” tuturnya.

Menurut Darmawi, persoalan infrastruktur adalah hal paling utama yang harus diperhatikan pemerintah terhadap wisata Sumbar. Kemudian hal ini adalah poin yang sangat penting untuk dianggarkan oleh pemerintah setiap tahunnya atau dua kali setahun, agar aksesbiliti jalan bisa sesuai dengan yang diharapkan wisatawan.

Bisa dilihat saat liburan yang menyebabkan lonjakan wisatawan, kemacetan terjadi di sejumlah jalan menuju destinasi wisata. Mulai dari Lima Puluh Kota, Payakumbuh, Bukittinggi, Tanah Datar, Pesisir Selatan, Sawahlunto, Kota Padang, Solok dan Pariaman dan daerah lainnya.

Ini membuktikan, jika Sumbar masih membutuhkan banyak pembangunan jalan dan pelebaran jalan agar tidak terjadinya kemacetan. Persoalan parkir juga disebabkan oleh penataan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di sepanjang tempat wisata.

“Dimana kebanyakan pedagang, termasuk rumah makan, jika masih bisa dibawa ke depan mendekat ke jalan, akan dimajukannya terus. Sehingga saat pelanggan berhenti untuk membeli, memakai badan jalan. Itu menyebabkan macet,” ucapnya.

Kedua, Parkir. Pemerintah harus menindak tegas parkir yang tidak memiliki Standar Operasi Prosedur (SOP).

“Karena hal ini bukannya mengurai kemacetan, malah menambah kemacetan di sepanjang jalan,” tuturnya.

Karena tidak pedulinya tukang parkir liar terhadap kenyaman dan juga keamanan, mereka lebih membuat jalanan semakin macet. Contohnya juga di sepanjang pantai di Tugu IORA yang seharusnya tidak boleh parkir, malah banyak juga yang parkir. Selain mengurangi keindahan, tanggungjawab petugas parkir dadakan juga dipertanyakan.

“Di pantai Padang itu contohnya. Kalau bisa disorongkan-sorongkan. Bayar diawal, nanti mereka tidak ada tanggungjawab. Tukang parkir musiman,” ujarnya.

Ketiga, akomodasi. Darmawi menyebut, akomodasi untuk pariwisata di Sumbar saat ini memang masih kurang sekitar 30 persen lagi. Contohnya saja saat Lebaran kemarin, banyak wisatawan yang mencari tempat menginap, sementara homestay dan penginapan yang ada sudah penuh.

Alhasil banyak rumah penduduk yang jadi homestay dadakan. Padahal ini peluang besar. Keempat penyakit masyarakat. Pertama di rumah makan yang tidak mampu membuat daftar harga yang jelas dan pasti. Sehingga banyak wisatawan yang menyebut seperti dipakuak, tidak ada ditulis berapa harganya diawal.

Itu bisa disebut juga penipuan “mangicuah” kepada pelanggan. “Padahal bisa dibuat papan harganya, sepotong rendang berapa, sambal lado berapa. Kalaupun ada tambahan pajak dan biaya servis bisa ditambahkan. Sekalipun mahal, tapi yang jelas berjelas-jelas itu lebih baik,” ujarnya.

Lalu ada premanisme atau urang bagak. Atau istilahnya dibahasa Minang badan gadang utak ketek. Pemalakan ini harus dibabat habis, agar pariwisata kita aman. Kelima, manajemen operasional. Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM), toilet, keamanan, rambu-rambu dan imbauan. Bagaimana dari segi fasilitas mumpuni, safety dan layak jual wisata di Sumbar.

“Lima persoalan ini secara garis besar masalah pariwisata kita. Kita sudah dianugerahi bentang alam yang indah, tinggal tugas kita menjaganya lagi. Bukan hanya tanggungjawab pemerintah seorang, sebab kapan pemerintah kita akan mengurai persoalan itu satu persatu. Tapi yang bisa kita bantu, bagaimana peran kita sebagai masyarakat, pelaku pariwisata turut mendorong kemajuan pariwisata kita,” ucapnya. (*)

Berita ini telah terbit di Liputan Eksklusif EDISI SABTU Koran Harian Umum Haluan, 04 Juni 2022 dengan judul “Berwisata Nyaman dan Aman di Sumbar”.

Exit mobile version