PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis (JKA) mengambil langkah nyata dalam mengembangkan sektor pariwisata daerah tersebut dengan merencanakan pengembangan kawasan wisata religius Syekh Burhanuddin di Ulakan.
“Kami akan menata kebersihan kompleks makam, menyediakan fasilitas parkir yang memadai, serta menata tempat UMKM. Kawasan makam ini juga akan terhubung langsung dengan pantai, sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan dan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar,” ujar John Kenedy Azis, Rabu (26/2).
Dengan adanya kawasan ini, Bupati JKA berharap dapat menggerakkan perekonomian daerah dan sektor-sektor lainnya di Padang Pariaman.
“Kita perlu memiliki ikon yang menjadi ciri khas dan jati diri kita sebagai masyarakat Padang Pariaman,” tutur Bupati.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan Padang Pariaman dapat menjadi destinasi wisata unggulan yang mendatangkan manfaat besar bagi masyarakat dan daerah.
Ada beberapa agenda wisata religius Syekh Burhanuddin yang dikunjungi ribuan orang setiap harinya dari beberbagai daerah yakni saat bulan safar dan syakban. Selain itu setiap hanya juga ada masyarakat yang berziarah.

Ia mengatakan, kegiatan Basafa merupakan kegiatan memperingati meninggalnya Syekh Burhanudin pada bulan Syafar tahun hijriah.
“Basafa di Ulakan ada dua kali, pertama Rabu setelah tanggal 10 Syafar yang dikenal dengan Basafa Gadang, dan Rabu seminggu setelah itu disebut denga Basafa Ketek,” ujarnya.
Ia menceritakan Tradisi Basafa ini dimulai sekitar tahun 1316 H/ 1897 M, yang pertama kali dilakukan oleh para jamaah pengikut Syekh Burhanudin. Saat itu belum ada penentuan jadwal kunjungan bagi mereka.
Kemudian dua ulama perwaris Syekh Burhanuddin yakni Syekh Kapalo Pauh Kamba dan Syekh Tuanku Kataping mengambil inisiatif bermusyawarah dengan sejumlah ulama untuk menentukan waktu ziarah bersama ke makam.
“Dari musyawarah tersebut, disepakati dan diputuskan ziarah dilaksankan secara rutin pada setiap rabu setelah tanggal 10 bulan Syafar,” ia menjelaskan.
Ia menyebutkan Basafa Gadang merupakan ritual yang pertama dilakukan setelah tanggal 10 bulan Syafat pada hari Rabu yang diikuti oleh peziarah dalam cukup besar dari luar daerah Sumatera Barat, seperti Aceh, Riau, Jambi hinggal Malaysia.
Sedangkan, Basafa Ketek (safa kecil) merupakan memperingati tujuh hari meninggalnya Syekh Burhanuddin yang diikuti oleh Peziarah lokal, yang jumlahnya hampir sama dengan Basafa Gadang. (*)