Teks foto: Museum Perang Sintuak menjadi saksi sejarah Nagari Sintuak yang kini dikuatkan melalui pengembangan desa wisatanya. ALDI
PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Desa Wisata Sintuak, Kecamatan Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, begitu kuat akan nilai sejarah budaya dan kearifan lokalnya. Sejarah Perang Sintuak pada 1947-1949 melabeli keberadaan Nagari Sintuak sebagai salah satu desa wisata di Padang Pariaman.
Namun, Desa Wisata Sintuak juga dihadapi oleh masalah yang cukup riskan terhadap keberlanjutan desa wisata. Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Pokdarwis Sintuak, Fajri Febrio, Jumat (28/2).
Hal yang menjadi masalah itu adalah mengenai status dan perizinan mengenai tempat-tempat bersejarah tersebut. Kelengkapan perizinan oleh pihak terkait tentu sangat diperlukan dalam pengembangan desa wisatanya.
“Masih ada hambatan dalam pengelolaan destinasi wisata, terutama tempat-tempat bersejarah ini yang memerlukan izin khusus dari berbagai pihak,” katanya.
Sebagai bagian dari persiapan, pihaknya kini tengah membenahi berbagai kekurangan yang masih ada tersebut. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman juga ia dapatkan, salah satunya melalui pelatihan-pelatihan pengelolaan wisata bagi masyarakat dan pengelola destinasi wisata.
Selain itu, dukungan dari pihak swasta juga mulai berdatangan salah satunya PLN melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah memberikan bantuan berupa panggung seni dan alat-alat kesenian untuk menunjang aktivitas Sanggar Saluak Badeta, yang menjadi salah satu daya tarik budaya di Desa Wisata Sintuak.
Dengan berbagai persiapan dan dukungan yang ada, Desa Wisata Sintuak juga optimistis dapat meningkatkan kualitas wisata dan meraih posisi yang lebih tinggi dalam ajang ADWI 2025. Ini juga menjadi langkah awal menuju target yang lebih besar salah satunya dengan menargetkan Nagari Sintuak masuk dalam 50 besar ADWI tahun ini.
“Saat ini pokdarwis, bersama pemerintah nagari, dan pemerintah daerah sedang mempersiapkan Desa Wisata Sintuak untuk ADWI 2025,” ujar Ketua Pokdarwis Sintuak tersebut.
Sementara itu, Wali Nagari Sintuak, Desrial, juga menyampaikan pihak pemerintah nagari sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pokdarwis Sintuak untuk memajukan pariwisatanya. Terkait ADWI 2025, ia telah berkoordinasi dengan Dinas Parpora Padang Pariaman untuk ikut berkompetisi lagi. “Alhamdulillah tahun 2024 dengan peserta lebih 6.000 desa di Indonesia, Nagari Sintuak masuk 100 besar. Kita targetkan tahun ini masuk 50 besar,” ujar Desrial.
Sementara itu, Kepala Dinas Parpora Padang Pariaman, Muhammad Fadhly juga mengatakan, sebelumnya terdapat tiga desa wisata di Padang Pariaman yang masuk 300 besar ADWI. Masing-masing yakni Desa Wisata Sintuak Toboh Gadang, Desa Wisata Anam Nagari di Kecamatan Tandikek dan Desa Wisata Guguak Kuranji Hilir.
“Namun pada pengerucutan ke babak 100 besar, hanya tinggal satu desa yang bisa bersaing, yakni Desa Wisata Sintuak, Toboh Gadang. Desa ini memang memiliki keunikan dibanding desa lainnya,” katanya.
Saat ini pula, Pemkab Padang Pariaman saat ini juga mengembangkan Wisata Community Based Tourism, yaitu wisata berbasis masyarakat, di mana pembangunan pariwisata berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kepariwisataan.
Muhammad Fadhly juga menyampaikan pariwisata di daerah ini dikelola secara CBT atau berbasis masyarakat, karena hampir semua lokasi wisata berlokasi di tanah ulayat. Sehingga peran masyarakat melalui pokdarwis pun sangat besar dalam mengembangkan wisata di Padang Pariaman.
Kemudian peran nagari juga tidak kalah pentingnya dalam pengembangan pariwisata di Padang Pariaman yaitu melalui BUMNag dengan penyertaan modal dalam pengembangan pariwisata.
“Semua pariwisata dikelola pokdarwis nagari setempat, hanya satu yang dikelola oleh swasta. Namun tetap mendatangkan PAD kepada pemerintah baik restribusi maupun biaya parkir. Kepariwisataan merupakan salah satu upaya untuk membangun kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pariwisata, yang memerlukan dukungan sektor primer dan jasa berbasis pemberdayaan masyarakat,” ujar Kadis Parpora Fadhly.
Desa Wisata Sintuak sebelumnya berhasil masuk dalam 100 besar ADWI 2024 lalu. Keberhasilan ini tentunya menjadi motivasi bagi masyarakat setempat untuk terus mengembangkan potensi wisata mereka selanjutnya.
Berbagai peninggalan sejarah perang pun ditemukan dan disajikan melalui museum rakyat yang dinamai Museum Perang Sintuak. Bukan hanya itu, berbagai peninggalan sejarah lainnya seperti tugu batas Perjanjian Renville, makam sejarah, lubang Jepang, dan lain sebagainya.
Selain itu, Desa Wisata Sintuak juga memiliki keunikan dan kekayaan budaya lokal seperti tempatnya pusat pelatihan beruk yang diberi nama Pasa Talaok Baruak yang telah berlangsung turun-temurun.
Di pasar ini juga terjadi transaksi jual beli beruk yang telah terlatih untuk pemetik kelapa dengan proses transaksi harga dalam tradisi Bauluak” yang menjadi paket wisata di Desa Wisata Sintuak tersebut.
Sehingga inilah yang menguatkan identitas Desa Wisata Sintuak akan sejarah, dan kearifan lokalnya. Namun, pokdarwis, nagari dan Pemkab Padang Pariaman terus berupaya untuk meningkatkan pengembangannya, salah satunya penanganan perizinan kepada pihak terkait yang memang menjadi masalah yang dihadapi Desa Wisata Sintuak sekarang ini. (*)