“Menurut standar UNESCO, pengembangan geopark wajib mengedepankan konservasi dan edukasi serta mengedepankan prinsip ekonomi dan budaya setempat, termasuk flora fauna endemik di dalamnya,” ujarnya.
Menurut sejarah, Batu Angus merupakan tumpukan bebatuan dari lahar beku yang mengarah ke laut. Lava ini terbentuk akibat letusan Gunung Gamalama, yang kini menjadi latar belakang lokasi Batu Angus. Fenomena alam lelehan lava ini diketahui sudah mulai terjadi sejak tahun 1737, yang kemudian membentuk Batu Angus di Kulaba, juga pada tahun 1763 membentuk Batu Angus di Tubo Tugurara, dan tahun 1907 membentuk Batu Angus di antara belakang Bandara Sultan Babullah hingga Tarau, Kecamatan Ternate Utara.
Pada kesempatan tersebut Menparekraf didampingi Staf Khusus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-isu Strategis, Brigjen TNI Ario Prawiseso; dan Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua. (*)