Menurut Luhur Budianda, satu-satunya jalan untuk tetap menggeliatkan sektor pariwisata di tengah tingginya tuntutan target serta keterbatasan anggaran ini, hanyalah dengan cara meningkatkan kolaborasi antar-pentahelix wisata. Baik pemerintah daerah, dunia usaha, komunitas masyarakat maupun media.
Menjalin kolaborasi secara optimal dan berkesinambungan antar-pentahelix wisata adalah harga mati di tengah tuntutan RPJMD yang telah menargetkan Pertumbuhan Ekonomi (PE) Sumbar bisa mencapai angka 7,3 persen di tahun 2030 nanti. Saat ini, laju PE Sumbar baru berada di kisaran angka 4,2 persen.
“Sedangkan untuk mencapai satu persen pertumbuhan ekonomi saja, itu dibutuhkan anggaran sekitar Rp20 trilliun. Oleh karena itu ke depannya harus diperkuat kolaborasi untuk menjawab tantangan, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata yang menjadi fokus kita,” tuturnya.
Untuk menjawab tantangan sektor pariwisata Sumbar yang semakin kompleks dan beragam, Luhur Budianda mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah mencoba melakukan perbaikan tata kelola di Dinas Pariwisata Sumbar.
Dirinya telah mengajukan usulan kepada Biro Organisasi Setdaprov Sumbar untuk melebur bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Dinas Pariwisata menjadi Bidang Industri Pariwisata. Langkah ini diharapkan mampu mengoptimalkan kinerja dinas di tengah tuntutan target yang kian meningkat.
“Tujuannya agar pembinaan pelaku industri pariwisata Sumbar bisa lebih fokus. Sebab kenyataannya, merekalah yang akan menggerakkan sektor pariwisata,” ucapnya.