HARIANHALUAN.ID — Sirukam sebagai sebuah nagari yang masyarakatnya selama ini mengandalkan ekonomi di sektor pertanian terus menggeliat. Salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi adalah melalui kepariwisataan.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Sirukam, Ulul Azmi mengatakan, kepariwisataan yang dikembangkan di Desa Wisata Sirukam juga mengandalkan potensi pertanian.
“Jadi, kita lebih mengedepankan potensi nyata yang ada di desa wisata kita. Karena di Sirukam, pertanian menjadi andalan masyarakat, maka paket wisata yang kita siapkan di pokdarwis juga bersentuhan dengan pertanian tersebut,” katanya.
Salah satu contohnya, adalah paket wisata edukasi kopi Solok Sirukam. “Hari ini, Kopi menjadi ikon penting pertanian di Nagari Sirukam. Sejak pemerintahan Hindia-Belanda, kopi sudah mulai dikembangkan di Nagari Sirukam, bahkan nagari ini menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbaik pada zaman kolonial,” ujarnya.
Namun, kata Ulul, semenjak hengkangnya pemerintah Hindia Belanda pengelolaan kopi peninggalan ini sekitar kurang lebih 300 hektare mulai redup, bahkan sampai di tinggal masyarakat. Hingga pada tahun 2019 awal, menjadi titik balik kebangkitan kopi di Nagari Sirukam, yang diinisiasi oleh Lembaga Philantrophy Islam “Dompet Dhuafa” melalui program pemberdayaan zakat produktif.
Lembaga ini mulai melakukan pembinaan secara intensif kepada para petani yang notabanenya tergolong ke dalam mustahik zakat, yang kemudian dihimpun ke dalam kelompok tani Cirubuih Indah Nan Jaya.
Berawal dari 25 orang penerima manfaat, kemudian terus dikembangkan dengan program kolaborasi dengan banyak lembaga, di antaranya RPL (Rimbo Pangan Lestari) yang fokus dibagian hulu, dompet dhuafa fokus di bagian pascapanen, YBM BRI fokus di bagian pengolahan hilirisasi dan berbagai kontribusi dari banyak universitas dalam mengembangkan kopi dengan brand Solok Sirukam ini.
“Lahan pertanian kami sangat cocok untuk kedua jenis kopi yang banyak diminati masyarakat dunia,” ucapnya.
Ia menyebutkan, pemerintah turut andil dalam pengembangan kopi di Nagari Sirukam melalui program bantuan bibit kopi arabika ke kelompok tani yang ada di Nagari Sirukam. Dan salah satu bentuk kongkrit keseriusan masyarakat di Sirukam untuk mengembangkan komoditas kopi, adalah dengan telah berdirinya Rumah Kopi Solok Sirukam.
“Rumah Kopi Solok Sirukam sudah berdiri sejak 2019. Rumah kopi ini adalah salah satu wujud kerja peningkatan dari kelompok tani Cirubuih Indah Nan Jaya, sekaligus menjadi Koperasi Produsen Solok Sirukam Sepakat. Di sana dilakukan pembibitan, pengolahan hingga pembuatan produk turunan. Juga tersedia fasilitas family Camping Ground, cofeeshop sampai homestay,” ujar Ulul Azmi.
Ia menyebutkan, dengan adanya Rumah Kopi Solok Sirukam yang notabene adalah “labor” kopinya Desa Wisata Sirukam, maka paket wisata edukasi kopi dapat diterapkan. “Jadi, para wisatawan nantinya dapat mengikuti aktivitas dan bahkan mencobakan sendiri berbagai kegiatan pertanian kopi, sejak dari hulu sampai hilirnya,” katanya.
Menurut catatan Pemerintahan Nagari Sirukam, total jumlah petani yang terlibat dalam pertanian Kopi Solok Sirukam sudah mencapai 73 kepala keluarga di bawah naungan kelompok tani Cirubuih Indah Nan Jaya, dan masih banyak lagi petani kopi di luar kelompok ini. Sementara itu, luas lahan pertanian kopi mencapai 500 hektare.
“Ini potensi yang luar biasa. Dan kami sudah berkoordinasi juga dengan kelompok-kelompok tani yang menggarap lahan kopi. Mereka sangat mendukung adanya paket wisata edukasi Kopi Solok Sirukam ini,” ujarnya.
Diharapkan dengan adanya paket wisata edukasi kopi di Desa Wisata Sirukam, para petani dan pengolah kopi dapat lebih meningkatkan pendapatannya lewat kunjungan para wisatawan.
Pengamat pariwisata Ritno Kurniawan mengatakan, potensi Kopi Solok Sirukam memang sudah layak dikembangkan ke arah pariwisata. “Kopi Solok Sirukam selama ini sudah dikenal di pasar lokal hingga nasional. Dengan rasa dan karakter yang kuat, Kopi Sirukam sebagai produk berarti sudah memiliki keunggulan. Hal ini dapat menarik minat wistawan untuk mengenal lebih dekat, seperti apa betul kopi yang ditanam di tanah Ssirukam hingga di olah hasilnya,” katanya.
Wisata edukasi, menurut Ritno, memiliki pasar yang cukup luas. “Para mahasiswa pertanian, siswa sekolah, para roaster dan barista, pengusaha kopi, kelompok-kelompok tani hingga siapa saja yang menggemari kopi dapat mengikuti paket ini. Pastinya ini akan menarik bagi mereka,” ujar sarjana pertanian Universitas Gajah Mada ini.
Para penggerak Pokdarwis Desa Wisata Sirukam diyakini Ritno dapat mengawal dengan baik perjalanan wisatawan dalam penerapan paket wisata edukasi kopi, karena mereka memang sudah sering bersentuhan dengan para akademisi yang melakukan penelitian di lahan-lahan kopi Sirukam.
“Jadi, para penggerak pokdarwis sudah tahu betul bagaimana memperlakukan mereka yang menjalani studi kopi ini. Dan saya lihat, tingkat hospitality masyarakat Sirukam juga sangat bagus. Mereka sangat ramah dan tidak ragu untuk membantu kesulitan pendatang,” katanya. (*)