Apa tantangan dunia pariwisata Sumbar hari ini?
Setelah dicabutnya peraturan mengenai tentang PCR atau swab bagi wisatawan yang bepergian untuk berwisata, tantangan kita adalah kesiapan dari masyarakat selaku pelaku dan pegiat pariwisata dalam membenahi pariwisata yang sudah ditinggalkan lebih kurang sudah dua tahun.
Kemudian bagaimana menggiatkan kembali masyarakat kita untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan akomodasi wisatawan di Sumbar. Baik restoran, perhotelan dan transportasi.
Ketiga, tantangan dalam menghadapi lonjakan wisatawan pada saat libur sekolah dan Lebaran. Ini perlu disiasati, agar jangan terjadi lonjakan wisatawan juga ledakan kasus Covid-19. Artinya untuk memberikan kesadaran pada wisatawan dan masyarakat bagaimana melakukan prokes di manapun berada.
Apa saja yang harus dibenahi untuk memajukan pariwisata Sumbar?
Pertama sekali yang harus dibenahi untuk memajukan wisata Sumbar, yaitu fasilitas umum untuk menuju lokasi pariwisata. Sehingga menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi-lokasi pariwisata.
Fasilitas umum, seperti infrastuktur baik jalan dan di lingkungan destinasi pariwisata termasuk kebersihan dan kebutuhan-kebutuhan wisatawan yang harus dihadirkan di Sumbar.
Apakah berbentuk rest area, ketersediaan tong sampah, keamanan dan tidak luput sumber daya manusia yang ditingkatkan pemahamannya dalam menerima tamu. Bagaimana sapta pesona itu benar-benar diterapkan di lingkungan destinasi pariwisata.
Bagaimana Asita berperan untuk memajukan pariwisata Sumbar?
Peran Asita di sini bagaimana memberikan citra positif, artinya menyampaikan kepada wisatawan lokal, nasional dan internasional bahwa pariwisata di Sumbar sudah aman dan nyaman dikunjungi.
Itu peran kita. Kedua, peran kita meningkatkan peran wisatawan dengan melakukan promosi dalam bentuk digital maupun online. Seperti Asita travel sale, Asita travel fair. Ini adalah bentuk peran Asita dalam memajukan pariwisata.
Kemudian yang ketiga adalah memberikan edukasi kepada pelaku dan pegiat pariwisata di bidang sumber daya manusia, agar betul-betul siap menerima wisatawan dengan suka cita. Ini tetap kita berikan dorongan terhadap pelaku dan pegiat pariwisata.
Apa harapan Asita terhadap pemerintah dan pemangku kepentingan lain agar pariwisata Sumbar bisa bangkit?
Banyak anggota Asita yang selama dua tahun belakangan kondisinya sangat terdampak signifikan. Pemerintah diharapkan memberikan kemudahan layanan perbankan, karena keringanan bagi pelaku usaha dan pengusaha pariwisata.
Karena sangat sulit dengan beban tagihan harus tetap dibayar, sementara uang masuk tidak ada. Kemudian yang kedua pemerintah betul-betul melihat pengusaha pariwisata adalah ujung tombak untuk memajukan sektor pariwisata.
Tidak kalah penting kemudahan stimulus. Kapan perlu itu berupa hibah dan bantuan kepada pengusaha-pengusaha yang dapat meringankan beban mereka untuk bangkit kembali. Ini harapan saya didalam upaya mendorong pelaku usaha bangkit kembali.
Kalau seandainya beban dua tahun yang lalu seperti pajak, bank dan beban-beban lain tetap ditagih, sedangkan bantuan dari pemerintah tidak ada, tentu akan sangat kesulitan. Kita akui tidak mendapatkan bantuan apa-apa dari pemerintah Provinsi Sumbar.
Oleh karena itu, saya di garda depan meminta kebijakan pemprov agar melihat Asita sebagai ujung tombak yamg akan membawa para tamu masuk dan selama di Sumbar menjadi perhatian yang utama.
Bagaimana kondisi tour and travel di Sumbar saat pandemi dua tahun terakhir?
Kondisi anggota Asita kurang lebih ada 251 pengusaha yang betul-betul mengalami penurunan sangat signifikan, karena tidak ada pemasukan sama sekali. Hampir 90 persen kondisinya di ujung tanduk. Boleh dibilang sudah rebah. Ini kondisi riil yang disampaikan. Sejak Oktober 2021 sedikit-sedikit sudah ada yang pulih, tapi masih banyak yang butuh perhatian.
Bagaimana optimisme Asita bahwa pariwisata Sumbar bisa bangkit setelah terdampak pandemi 2 tahun belakangan ini?
Kita dari Asita tetap optimis badai dan musibah ini tetap berlalu. Selanjutnya tentu ini sebagai bagian dari sawah ladang kita, sebagai biro perjalanan pariwisata harus tegar dan sabar menghadapinya. Tidak lupa terus semaksimal mungkin berusaha. Optimisme akan tetap ada. Modal kita semangat juang, semangat bangkit untuk membesarkan dan membangun pariwisata kembali. (*)