Hal senada juga disampaikan oleh Pengamat Wisata Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Moch Abdi mengatakan, penyakit lama wisata tersebut seharusnya sudah mampu diminimalisir atau diantisipasi oleh pemerintah, karena sudah berulang terjadi dari tahun ke tahun.
Ia memisalkan, tarif parkir liar yang cenderung naik cukup signifikan saat momen liburan. Padahal tarif parkir itu sudah menjadi keluhan pengunjung dari dulu.
“Ini mestinya sudah bisa diantisipasi dan diminimalisir oleh pemerintah daerah. Bagaimana pun persoalan parkir ini harus ada solusi yang konkrit. Mahalnya tarif parkir yang dinaikan secara sepihak ini tentu akan merusak citra kota,” ujar Abdi.
Apa lagi, kata Abdi, setiap tahun jumlah kendaraan terus bertambah jika tidak diiringi dengan fasilitas infrastruktur yang memadai akan memicu permasalahan lainnya yaitu kemacetan. Padahal, kemacetan juga masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diatasi oleh pemerintah.
Abdi menyebutkan, saat momen mudik dan Lebaran kemarin jalan lintas antardaerah di Sumatra Barat mengalami kemacetan yang cukup parah hingga berjam-jam. Seperti jalur Limapuluh Kota Bukittinggi, Bukittinggi ke Padang, ke Solok dipadati oleh kendaraan.
Di sisi lain, Abdi menambahkan, jalan yang rawan macet tersebut juga belum dilengkapi fasilitas rest area, padahal tingkat kepadatan kendaraan di momen-momen liburan cukup tinggi.