Lalu juga ada wisata religi di Ulakan Padang Pariaman, yaitu di Makam Syeikh Burhanuddin, kemudian juga ada tradisi Tabuik di Pariaman yang diselenggarakan saat menyambut 1 Muharam. Dua potensi wisata tersebut menjadi salah satu andalan wisata religi Sumbar yang rutin mendatangkan wisatawan.
Budi mengatakan, untuk pengembangan seluruh destinasi wisata Sumbar ke depan tentu harus difokuskan pada kesehatan dan keamanan pengunjung. Terutama dalam penerapan standar CHSE, yaitu Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).
“Kami juga tengah melakukan sertifikasi bagi pelaku wisata. Salah satunya lewat sertifikasi CHSE yang merupakan sertifikat yang diberikan kepada usaha pariwisata, destinasi pariwisata dan produk pariwisata lainnya, untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terkait dengan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan,” ujarnya.
Menurut Budi, seiring dengan pengendalian pandemi Covid-19 yang membaik menjadi angin segar bagi sektor pariwisata, yang mengalami dampak cukup signifikan akibat krisis. Ia pun optimistis angka kunjungan wisatawan ke Sumbar akan kembali meningkat.
Data Dinas Pariwisata Sumbar mencatat pada 2019 jumlah kunjungan wisata mencapai 8,3 juta orang. Kemudian mengalami penurunan pada 2020 menjadi 8 juta orang akibat pandemi Covid-19. Sedangkan pada 2021, jumlah kunjungan wisatawan turun tajam menjadi 4,5 juta orang.
“Untuk kunjungan wisatawan pada tahun ini, kami di dinas pariwisata masih menyusun dan melihat perkembangan yang terjadi. Tentu akan sulit saat sudah memasang target. Tapi kami optimistis pariwisata Sumbar dapat segera bangkit. Sebab, sektor wisata ini amat cepat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.