LIPUTAN EKSKLUSIF: Ketua DPD Asita Sumbar Darmawi, Sumbar Memiliki Potensi Wisata Budaya dan Religi

Ketua Asita Sumbar

Ketua DPD Asita Sumbar, Darmawi

Bagaimana potensi Sumbar untuk mengembangkan pariwisata religi dan budaya?

Sumatra Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak potensi wisata budaya dan religi. Hal ini dikarenakan sejak dahulu Sumbar dikenal sebagai daerah religius dan sangat kental dengan adat istiadatnya.

Banyak bangunan atau tempat bersejarah yang memiliki arti khusus bagi wisatawan. Serta, jumlah penduduk umat beragama Islam di Sumatra Barat yang merupakan potensi bagi perkembangan wisata religi. 

Pengembangan objek wisata religius memiliki kekuatan penggerak perekonomian yang luas, tidak semata-mata terkait dengan peningkatan kunjungan wisatawan, namun lebih pentingnya lagi adalah pengembangan pariwisata yang mampu membangun semangat, apresiasi terhadap kekayaan seni budaya bangsa dan toleransi antar umat beragama.

Wisata religius memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dengan nilai-nilai kerohanian dan toleransi antar umat beragama yang dapat menjadi pedoman bagi kehidupan. Keanekaragaman keindahan alam dan budaya Sumbar, yang dipadukan dengan nilai-nilai kerohanian menjadikan tempat wisata memiliki keindahan tersendiri.

Apa tantangan, hambatan dan kendala pariwisata religi dan budaya di Sumatra Barat?

Pertama, masih rendahnya kualitas produk wisata karena objek dan paket yang ditawarkan masih kalah bersaing dari daerah lain. Kedua, kurangnya promosi pariwisata, padahal keindahan alam Sumbar dengan objek yang alamiah tidak kalah dengan daerah lain, namun hal itu kurang diketahui oleh calon wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Ketiga, kesadaran wisata masyarakat yang masih rendah yang juga memengaruhi berkembangnya pariwisata di daerah ini. Keempat, belum terintegrasinya seni budaya dengan paket-paket wisata, dimana kebanyakan paket yang ditawarkan biro perjalanan belum terkait dengan iven budaya masyarakat, sehingga wisatawan tidak mendapat sajian-sajian menarik dari kunjungannya.

Kelima, partisipasi publik masih rendah, padahal sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas objek wisata dan profesionalisme pengelolaan kawasan, terutama yang sudah relatif maju dan ramai dikunjungi. Keenam, masih lemahnya koordinasi pemerintah provinsi dengan dan sesama kabupaten/kota.

Ketujuh, masih lemahnya promosi dan informasi wisata yang menjangkau publik secara luas. Media promosi dan informasi, seperti ketersediaan leaflet, brosur dan folder wisata tidak mudah didapatkan.

Kedelapan, masih lemahnya dukungan infrastruktur pendukung pariwisata dari sektor-sektor terkait, ditandai belum adanya rencana induk pengembangan wisata secara jelas ke depan.

Apa solusi, saran dan rekomendasi Asita dalam pengembangan wisata religi dan budaya di Sumatra Barat?

Asita menyarankan agar Pemerintah Sumatra Barat lebih mempopulerkan wisata religi dan budaya melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram dan lainnya. Cara ini lebih tepat, karena pada umumnya masyarakat sudah mengenal dan banyak menggunakan media sosial.

Promosi pariwisata melalui cara seperti ini lebih bernilai di mata masyarakat. Selain itu, penyebarluasan dan pengenalan promosi pariwisata juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media massa yang ada.

Karena media massa memiliki peranan besar dalam hal ini. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus bisa menangkap peluang tersebut.

Apa saja syarat dan kiat jitu untuk menggairahkan wisata religi dan budaya di daerah Sumatra Barat?

Pertama, perbaiki akses, infrastruktur dan fasilitas. Tidak ada sektor pariwisata yang sukses tanpa ditunjang infrastruktur memadai. Infrastruktur bisa dibilang merupakan pilar utama untuk mencapai tujuan pariwisata yang berkelanjutan.

Artinya, dengan infrastruktur yang semakin baik, maka akan semakin membuat betah wisatawan. Apalagi kalau destinasi wisata religi dan budaya memiliki akses yang mudah dijangkau, serta menyediakan fasilitas memadai, maka itu sangat dapat menumbuhkan semangat wisatawan. 

Kedua, gandeng investor. Perekonomian daerah akan jalan di tempat kalau hanya mengandalkan pemerintah. Di sektor pariwisata, seharusnya hubungan vitalnya adalah antara pengelola setempat, pemerintah dan investor swasta.

Namun perlu diperhatikan bahwa bentuk kerja samanya tidak boleh timpang dan malah merugikan salah satu atau semua pihak. Investor swasta di sini harus mampu melakukan branding terhadap pariwisata daerah dengan baik. Ketiga, pilih duta wisata.

Khusus untuk Asita atau tour & travel yang dikelola apakah ada paket promo khusus wisata religi dan budaya yang ditawarkan kepada calon wisatawan?

Ada, PT Diva Ikhlas Tour & Travel yang saya kelola sendiri, memiliki banyak sekali paket-paket wisata religi dan budaya yang kami tawarkan. Beberapa contohnya, kami memasarkan wisata religi dan budaya Kabupaten Padang Pariaman.

Ada banyak cagar budaya religi di Padang Pariaman, seperti Makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Tapakis dan Surau Atok Ijuak atau Surau Atap Ijuak di 2×11 Kayu Tanam. 

Syekh Burhanuddin merupakan tokoh yang menyebarkan agama Islam di Minangkabau, sehingga karena jasa tersebut jemaah Satariyah di daerah itu membuat jadwal ziarah setiap Rabu, pada 10 Shafar yang disebut dengan Basapa. 

Selain itu ada, Masjid Tapakis, Makam Tuanku Nan Basaruang, Surau Pondok, dan Makam Sibohong, yang berada di Ulakan Tapakis, serta Gobah Tuangku Saliah, Surau Syekh Lagundi, dan Makam Tuangku Madina di VII Koto Sungai Sarik. Kemudian, selain wisata religi di Kota Padang, kami juga menyediakan paket tour ke Calau, Malalo dan Koto Tuo. (*)

Exit mobile version