Sadar Wisata Dimulai dari Diri Sendiri

Beberapa pengunjung melihat tempat yang diduga sebagai makam Siti Nurbaya. IST/JADESTA

PADANG, HARIANHALUAN.ID – Berbagai peristiwa yang terjadi telah cukup banyak menurunkan kepercayaan wisatawan untuk berwisata ke Sumbar. Selain kebersihan dan ketertiban, alasan keamanan menjadi penyebab utama keengganan para wisatawan untuk berkunjung.

Hal tersebut disampaikan Dosen Program Studi Sarjana Terapan Usaha Perjalanan Wisata, Politeknik Negeri Padang, Novi Yanita, Jumat (19/5). Menurutnya, yang paling dibutuhkan oleh wisatawan dari masyarakat dan pemerintah setempat adalah lebih dari sekedar sikap yang berkesan baik, akan tetapi terlebih pada terciptanya rasa aman dan damai.

“Tingkat kesadaran masyarakat terhadap wisata secara umum, dibandingkan tahun lalu saat ini sudah jauh lebih baik. Masyarakat kini sudah mengetahui wisata tersebut bisa memberikan manfaat terhadap dirinya dari berbagai hal,” ujarnya. 

Kemudian, karena banyaknya pelatihan-pelatihan yang membuka wawasan masyarakat tentang manfaat pariwisata, sehingga karena sudut pandang masyarakat sudah berubah, dan tentu tingkat kesadaran wisata juga sudah meningkat. Intinya karena masyarakatlah pariwisata memberikan banyak keuntungan, sehingga masyarakat saat ini lebih terbuka terhadap wisata. 

Novi Yanita juga mengatakan, terkait keramahan masyarakat Sumbar, sebagian kecil masyarakat sudah mulai berubah. Pasalnya, masyarakat yang dulunya susah senyum, susah terima kasih dan susah meminta tolong, kini sudah mulai berubah, yang dulunya susah senyum sekarang sudah mulai senyum dan dilayani dengan rasa sehingga dirasa sudah memenuhi pelayanan prima, pelayanan dengan setulus hati, meskipun belum semua atau sebagian kecil. 

Menurutnya, sadar wisata adalah suatu keadaan kepariwisataan yang diinginkan terjadi di tengah-tengah masyarakat melalui penerapan unsur-unsur Sapta Pesona secara konsekuen dan konsisten atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dalam diri sendiri.

“Kalau kita tidak sadar wisata. Karena sadar wisata kan sapta pesona yang menjaga kebersihan dan keramahan dan lainnya. Jika masyarakat tidak sadar wisata tentu banyak pengaruhnya, terutama kepada pengunjung, dan objek wisatawisata itu sendiri, karena mereka tidak sadar untuk menjaga kebersihan lingkungan. Jika objek wisata tidak bersih tentu mempengaruhi kenyamanan wisatawan dan keindahan wisata. Keramahan, jika sadari wisata dia otomatis dengan sendirinya,” katanya. 

Oleh karena itu, sadar wisata tersebut dimulai dari diri sendiri, menerapkan sapta pesona tersebut ke diri sendiri. Jika sadar wisata pola pikirnya berubah tentu pembawaan sikapnya berubah juga menjadi ramah, dan melayani iklas dengan sepenuh hati. 

“Dengan tidak adanya keindahan dan keberhasilan serta keramahan ini bagaimana kita memberikan kenangan terhadap wisatawan-wisatawan, tentu citra pariwisata Sumbar yang terpengaruh,” katanya. 

Novi Yanita menambahkan, pemerintah harus terus menerus melakukan sosialisasi yang secara berkala, meskipun sudah pernah di suatu daerah dilakukan sosialisasi. Kemudian, pelatihan sadar wisata harus terus dilakukan untuk mengingatkan dan dihimbau kepada masyarakat pentingnya sadar wisata. 

“Sadar wisata ini lebih ke karakter, sebenarnya dari keluarga kecil kita sudah bisa terapkan sadar wisata. Setelah diri sendiri menerapkan sadar wisata mungkin masyarakat diimbau atau dimotivasi agar bisa nenyebarkan karakter sadar wisata ke lingkungan sekitar. Nanti secara perlahan masyarakat kita yang dikenal tidak ramah atau kurang sadar wisata secara tidak langsung beralih ke sadar wisata,” ucapnya. (fdi)

Exit mobile version