Pariwisata Pasaman Masih Minim Promosi dan Sentuhan

Tugu Khatulistiwa di Kecamatan Bonjol menjadi salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Pasaman. Sayangnya, masih kurangnya promosi membuat pariwisata daerah khatulistiwa itu tak begitu dikenal luas. IST

PASAMAN, HARIANHALUAN.ID — Kabupaten Pasaman mempunyai banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan. Bahkan tidak sedikit keunikan objek wisata di Pasaman yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Hanya saja, sampai saat ini, sektor kepariwisataan di daerah tersebut masih minim promosi dan “sentuhan”.
Padahal, menurut Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Pasaman, Ahdi Susanto pariwasata merupakan satu dari 10 program prioritas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasaman, Maka pembangunan sektor kepariwisataan di daerah itu ikut menjadi tolok ukur keberhasilan duet pemimpin daerah, Bupati dan Wakil Bupati Pasaman.
Pasaman, ucapnya, punya sejumlah potensi dan destinasi wisata yang sudah dikenal dan bisa diandalkan. Namun, terdapat beberapa destinasi wisata di Pasaman yang memerlukan “sentuhan” untuk bisa dikenal lebih luas.
Salah satunya ialah Tugu Khatulistiwa di Kecamatan Bonjol. Setiap tahun di Tugu Khatulistiwa terjadi fenomena alam yang disebut dengan Titik Kulminasi Matahari. Kulminasi atau transit atau istiwa’ adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai kulminasi utama.
“Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat “menghilang”, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan,” kata Ahdi, Jumat (19/5).
Masih di Bonjol, juga ada objek wisata sejarah, yaitu Tugu dan Museum Tuanku Imam Bonjol, salah seorang pahlawan nasional dari Ranah Minang, yang terkenal dengan Perang Paderi. Pasaman juga punya objek wisata alam yang bisa dibanggakan, yaitu Rimbo Panti. Selain untuk berwisata, menurut Ahdi, Rimbo Panti juga sering dijadikan sebagai objek penelitian.
Objek atau destinasi wisata lainnya di daerah tersebut tersebar di sejumlah nagari dengan berbagai macam jenisnya, baik berupa objek wisata alam, religi, pemandian, dan lain sebagainya.
Ia mengatakan, selain bersumber dari APBD Pasaman, hampir setiap tahun anggaran, pembenahan sejumlah objek atau destinasi wisata di daerah itu juga mendapat alokasi dana dari APBD Sumatera Barat (Sumbar).
“Kami akui, pembangunan sektor kepariwisataan di Pasaman belum setara dengan sejumlah daerah lainnya di Sumbar, seperti Bukittinggi. Kami juga tidak menafikan hal itu. Karena kami yang totalitas untuk itu kan belum terlalu lama, jadi tidak menutup kemungkinan faktor kurangnya promosi menjadi penyebab kepariwisataan Pasaman belum terlalu dikenal secara luas, baik di dalam maupun luar negeri,” tuturnya.
Akan tetapi, bertolak dari sejumlah potensi yang dimiliki, pihaknya yakin pariwisata kelak akan menjadi salah sektor unggulan di Pasaman. “Hanya tergantung faktor waktu saja,” katanya. (dan)

Exit mobile version