Mitigasi Bencana pada Musim Wisata

PADANG, HARIANHALUAN.ID — Gempa berkekuatan M6,9 di Kepulauan Mentawai pada libur lebaran kemarin berdampak terhadap pergerakan wisatawan, terlebih adanya peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG. Lindu yang mengguncang Barat Sumatra pada Selasa dinihari (24/5) itu membuat masyarakat cemas dan bergegas menyelamatkan diri. Termasuk juga wisatawan yang memilih beranjak dari daerah tepi pantai, seperti Kota Padang, Pesisir Selatan hingga Pasaman Barat.

Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Wilayah Sumatra Barat memperkirakan penurunan kunjungan wisata pada libur lebaran tahun ini sekitar 30 persen. Hal ini tidak lepas dampak dari gempa yang mengguncang Sumbar saat lebaran

“Jika dibandingkan dengan lebaran 2022 itu sangat banyak pengurangannya. Saya memprediksi lebih kurang 25-30 persen pengurangan kedatangan wisatawan ke Sumbar pada lebaran tahun ini,” kata Ketua ASITA Sumbar Darmawi.

Menurutnya kondisi itu terlihat daripada hunian hotel dan jumlah tamu yang masuk ke tempat wisata. Darmawi tidak menampik terjadinya gempa dan isu tsunami juga membawa pengaruh terhadap wisatawan yang ingin dan sedang berlibur ke Sumbar.

“Kejadian gempa saat lebaran menjadi salah satu penyebab yang mengurangi animo kunjungan wisatawan ke Sumbar. Dan itu berdampak sekali pada kunjungan wisatawan ke Sumbar, karena setelah gempa itu ada isu tsunami juga sehingga banyak dari wisatawan kita yang segera kembali daerah asal atau yang ingin berangkat ke Sumbar memilih membatalkan rencananya,” katanya.

Meskipun demikian, jika dibanding hari normal tentu ada peningkatan wisatawan ke Sumbar akan tetapi angkanya tidak signifikan.  “Lebih kurang paling 40 sampai 50 persenan dari hari biasa. Tidak membludak,” tuturnya.

Sementara pada tahun lalu pariwisata Sumbar bisa dibilang membludak hingga over, sehingga banyak tamu yang tidak mendapatkan akomodasi seperti hunian saat tahun lalu.

“Tahun lalu, saking tidak tertampungnya, banyak rumah-rumah warga yang kemudian jadi homestay. Dan ini juga mungkin alasan wisatawan kita mencari alternatif lain untuk liburan di saat lebaran, mungkin ke Medan atau provinsi tetangga lain,” ucapnya.

ASITA, sambung Darmawi berharap Pemerintah daerah terus berbenah dalam meningkatkan sektor pariwisata, baik dari akomodasi dan peningkatan daya promosi dalam mendatangkan wisatawan. “Bagaimana juga kita tetap melakukan promosi iven sehingga banyak datang ke Sumbar,”katanya.

Hotel Sepi

Hal senada juga disampaikan oleh General Manager Hotel Rangkayo Basa yang juga anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar, Widadi Handoyo, bahwa terjadi penurunan tingkat hunian hotel dan lama menginap tamu.

“Dibanding tahun lalu, untuk Rangkayo Basa, lebih ramai tahun lalu.  Rata-rata tahun lalu selama liburan Idulfitri di 83 persen, fully booked selama 5 malam,” ucap Widadi kepada Haluan, baru-baru ini.

Sedangkan pada libur lebaran kemarin, kata Widadi hotel penuh hanya dua malam yakni lebaran ke-2 dan ke-3.

Ia menilai karena adanya gempa yang cukup kuat berpotensi tsunami hingga 6.9 magnitudo menjadi penyebab turunnya tingkat hunian hotel dan wisatawan ke Sumbar.

“Kemungkinan lebih rendah tahun lalu, karena ada gempa, sehingga tamu ada ketakutan nginap di Padang, yang katanya dekat pantai dan potensi tsunami,” katanya.

Kondisi ini diperkirakan juga terjadi di hotel dan penginapan lainnya secara umum. Namun pada idulfitri 1444 H ini, sambung Widadi mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan awal-awal April masa ramadan yang terbilang sepim

“Occupancy rata-rata selama satu Minggu liburan Idulfitri di 75 persen,” ucapnya.

Turunnya jumlah kunjungan wisatawan juga terjadi objek wisata pantai di Kabupaten Pasaman Barat yang turut diguncang oleh gempa Mentawai.

“Memang berkurang dan kemungkinan warga takut berada di pinggir pantai meskipun peringatan tsunami dari BMKG itu telah dicabut,” kata Camat Sasak Ranah Pasisia Pasaman Barat Perdinan Ujang di Simpang Empat saat itu.

Menurutnya, pengunjung Pantai Sasak memang masih ada tetapi tidak seramai pada awal-awal lebaran. Hal ini juga berimbas kepada panitia pekan seni budaya juga memutuskan tidak menjual tiket masuk ke Pantai Sasak.

Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata Pasaman Barat, Fajri mengatakan, dari monitoring di Pantai Air Bangis tingkat kunjungan sangat jauh berkurang. “Berbeda dibandingkan hari sebelumnya. Kunjungan jauh berkurang, kemungkinan warga takut dengan gempa bumi dan ancaman tsunami,” katanya.

Ia menyebutkan sebelum gempa, yaitu pada Minggu dan Senin kunjungan ketiga objek wisata pantai yakni Pantai Sasak, Pantai Sikabau dan Pantai Air Bangis cukup padat mencapai hampir 20 ribu orang.  “Kunjungan ke tiga objek wisata itu dalam dua hari mencapai 19.965 orang berdasarkan data karcis yang terjual,” katanya. (yes/fzi)

Exit mobile version