LIPUTAN EKSKLUSIF: Tren Wisata Sumbar Bersih, Ramah dan Halal

Wisata Sumbar

HALUANNEWS, PADANG — Kebersihan dan keamanan menjadi tren baru dalam pengembangan pariwisata pascapandemi Covid-19, dalam memberikan pengalaman berkesan bagi pengunjung untuk tertarik datang kembali.

Sumatra Barat (Sumbar) sebagai salah satu market besar wisata di Pulau Sumatra telah mencanangkan Sumbar Bersih-Sumbar Ramah dalam pengembangan wisata ke depan.

Hal ini juga sudah tertuang dalam komitmen bersama seluruh kepala daerah se-Sumbar mulai dari gubernur dan bupati/wali kota pada Desember tahun lalu, yang digagas oleh Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatra Barat dalam mewujudkan “Visit Beautiful West Sumatra 2023”.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah menyebutkan, Sumatra Barat memiliki keindahan alam yang sangat berpotensi menjadi objek wisata. Bahkan desa wisata terus tumbuh pesat di Sumbar. Pada ajang Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2021 Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif, Sumbar mengirim 200 lebih desa wisata.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah

Sejumlah program telah dicanangkan oleh Pemprov Sumbar dalam menggenjot kebangkitan sektor pariwisata Sumbar yang terdampak akibat Covid-19. Pemerintah, kata Mahyeldi, telah menyiapkan tiga skenario fase penyelamatan pariwisata, yaitu tanggap darurat, pemulihan hingga normalisasi.

Mahyeldi menambahkan, saat ini Pemprov Sumbar tengah berupaya memperbaiki fasilitas di berbagai destinasi wisata unggulan di Sumbar. Termasuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas, untuk memberikan pengalaman yang berkesan bagi wisatawan yang datang.

“Kita harus menjaga kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan kawasan wisata ini. Karena keempat hal ini merupakan poin utama dalam pengembangan pariwisata Sumbar kedepannya,” ujar Mahyeldi.

Menurutnya, kebersihan objek wisata akan menjadi nilai lebih bagi wisatawan yang berkunjung. Ia memisalkan, jika toilet di objek wisata dibuat dengan lebih baik bahkan seperti standar toilet di bandara, tentu akan berkesan bagi pengunjung.

Sementara itu, terkait wisata religi di Sumbar, Mahyeldi juga mendorong peningkatan pelayanan masjid, seperti dibuka selama 24 jam. Saat ini, katanya, terdapat tiga masjid di Sumbar yang dapat dijadikan percontohan, di antaranya Masjid Al Hakim Padang, Masjid Jami’ Nurul Huda di Kelurahan Silaing Bawah, Padang Panjang, dan Masjid Terapung Painan.

“Masjid diharapkan dibuka selama 24 jam. Kapan perlu, pengurus membentuk sebuah tempat penginapan untuk pengunjung. Masjid akan menjadi salah satu destinasi wisata religi. Bukan hanya sebagai tempat ibadah, masjid juga dapat dikunjungi wisatawan untuk bisa mempelajari berbagai hal tentang Sumbar, lewat program atau kajian rutin yang diselenggarakan masjid, termasuk juga masjid yang sudah berusia tua dan bersejarah,” katanya.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Luhur Budianda mengatakan, untuk pengembangan seluruh destinasi wisata Sumbar ke depan tentu harus difokuskan pada kesehatan dan keamanan pengunjung.

Terutama dalam penerapan standar CHSE, yaitu Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan.

Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Luhur Budianda

“Kami juga tengah melakukan sertifikasi bagi pelaku wisata. Salah satunya lewat sertifikasi CHSE yang merupakan sertifikat yang diberikan kepada usaha pariwisata, destinasi pariwisata dan produk pariwisata lainnya, untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terkait dengan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan,” ujarnya.

Luhur mengatakan, salah satu poin penting dalam pengembangan wisata Sumbar selain memperbaiki berbagai fasilitas pendukung di destinasi wisata adalah membangun masyarakat sadar wisata.

“Harapannya bagaimana bisa menciptakan tujuan wisata ramah dan wisata bersih. Kami saat ini tengah melakukan penguatan lewat pelatihan dan bimtek bagi masyarakat pelaku wisata, terutama masyarakat yang berada di desa-desa wisata. Setelah itu, juga akan dilaksanakan sertifikasi dan kemudian dibantu permodalan agar desa wisata bisa naik kelas dan jadi desa mandiri,” katanya.

Termasuk juga, kata Budi, pada pengembangan wisata halal Sumbar sebagai daerah yang memiliki falsafah Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), dimana seluruh aspek kehidupan masyarakat begitu kental dengan keagamaan, termasuk sektor pariwisata.

Luhur Budianda mengatakan bahwa wisata halal merupakan sebuah konsep layanan tambahan yang akan diberikan kepada pengunjung. Wisata halal bukan mensyariahkan destinasi atau kawasan wisata dan hanya dapat dinikmati oleh pengunjung muslim.

Lebih daripada itu, kata Budi, wisata halal merupakan sebuah konsep dalam upaya untuk menambah layanan dan fasilitas yang dapat mengakomodasi kebutuhan wisatawan. Wisata halal menawarkan daya tarik, keramahan dan kebersihan di tempat wisata, serta fasilitas pendukung lainnya.

“Pada dasarnya, wisata halal merujuk pada layanan tambahan amenitas, atraksi dan aksesibilitas yang ditujukan dan diberikan untuk memenuhi pengalaman, kebutuhan dan keinginan wisatawan. Jadi, wisata halal merupakan konsep untuk menciptakan destinasi wisata yang layanannya optimal. Mulai dari kebersihan, keamanan dan kenyamanan pengunjung,” katanya.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi Sumbar, Sari Lenggogeni, kebersihan dan kenyamanan merupakan faktor penting dalam pengembangan wisata. Ia pun mengaku masih kerap menerima laporan terkait kebersihan di objek wisata Sumbar.

Ketua BPPD Sumbar, Sari Lenggogeni

“Salah satu poin yang juga menjadi sorotan adalah masalah kebersihan dan sampah di sekitar objek wisata. Tidak jarang saya menerima keluhan dan kritikan dari teman-teman atau relasi-relasi saat berkunjung masih ada ditemukan sampah masih ada,” tuturnya.

Sari mengatakan, salah satu indikator dalam pengembangan wisata ke depan, yaitu bagaimana membuat wisatawan yang telah ke Sumbar mau datang kembali. Hal ini tentu sangat ditentukan pada kesan dan pengalaman yang wisatawan dapatkan saat ke Sumbar.

Ia menilai, Sumbar memiliki potensi wisata yang cukup kuat untuk membuat wisatawan untuk datang kembali berkunjung.

Menurutnya, Sumbar mampu menjadi destinasi unggulan untuk wilayah barat Indonesia. Apa lagi, sambung Sari, masyarakat membutuhkan wisata setelah terkurung dua tahun akibat pandemi Covid-19. Sehingga momentum tersebut harus menjadi peluang bagi sektor wisata Sumbar, untuk kembali bangkit dengan menyiapkan segala halnya dengan baik dan maksimal.

“Kita harus siap, harus bisa menghadirkan rasa nyaman, tenang, memorable kepada wisatawan agar nanti mau balik lagi berkunjung ke Sumbar. Sumbar memiliki daya tarik dan daya saing yang sangat potensial, karena indikatornya bukan dari berapa yang datang berkunjung, tapi berapa banyak yang mau datang balik lagi, bernostalgia. Pariwisata kita meninggalkan kesan bagi wisatawan,” ucapnya. (*)

Exit mobile version