Kawasan Makam Syekh Burhanuddin yang berada di Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, merupakan salah satu destinasi wisata religi yang banyak di kunjung oleh wisatawan di Sumatra Barat (Sumbar).
Syekh Burhanuddin sendiri merupakan sosok ulama karismatik, serta berpengaruh di Minangkabau sekaligus ulama yang menyebarkan agama Islam di Sumbar. Banyak orang yang datang ke Makam Syekh Burhanuddin untuk berziarah.
Berziarah ke Makam Syekh Burhanuddin boleh kapan saja, tetapi kebanyakan peziarah akan datang ketika bulan Safar, Sya’ban dan bulan Syawal. Pada umumnya, mereka juga terkesan dengan kebersihan, serta kenyamanan lokasi wisata religi yang selalu dirawat pengelolanya itu.
“Kalau hari biasa juga ada yang datang ke sini, tetapi yang banyak itu pas tiga bulan tersebut. Paling banyak yaitu saat bulan Safar dan orang di sini menyebutnya dengan Basapa,” kata salah seorang pengelola di kawasan itu, Khatib Malin Malano di Padang Pariaman, Kamis (7/4/2022).
Mereka yang datang untuk ziarah tersebut berasal dari Tarikat Syatariyah, akan tetapi juga banyak dari yang lain datang untuk ziarah ke Makam Syekh Burhanuddin. Saat ini, kawasan makam juga menjadi situs cagar budaya, juga diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan dan kepariwisataan.
“Tidak sedikit pengunjung yang datang ke lokasi ini hanya sekadar melihat bentuk dan keunikan arsitektur makam, maupun masjid yang berada di area Makam Syekh Burhanuddin ini,” katanya.
Pada waktu muda, Syekh Burhanuddin ini belajar agama pada ulama besar bernama Tuanku Yahyudin yang dikenal dengan Syekh Madinah, seorang pedagang dari Hadramaut, yang juga sebagai murid dari Syekh Ahmad Qushashi dari Madinah Al-Munawarah.
Untuk mendalami ilmu agamanya, Syekh Burhanuddin belajar kepada Syech Abdurrauf Al-Fansuri di Singkel, yang lebih dikenal dengan nama Teungku Syiah Kuala di Aceh.
Kemudian Syekh Burhanuddin mendalami agama di bidang Tasawuf yang bernama Thariqat Syatariyah, ilmu Tasawuf yang dikembangkan oleh Imam Kasthari. Pada bulan Safar 1066 H, beliau kembali ke kampung halaman dan mendirikan surau di Tanjung Medan, yang sekarang terkenal dengan sebutan Surau Gadang Syekh Burhanuddin.
“Kalau yang datang ke sini untuk ziarah, tetapi juga yang datang ke masjid yang tidak jauh dari sini untuk melihat jubah yang sering beliau pakai saat masih hidup,” katanya.
Selain makam, di kawasan wisata religi Syekh Burhanuddin ini juga terdapat satu masjid megah dengan nama Masjid Agung Syekh Burhanuddin. Di sekitar makam juga ada sejumlah surau-surau kecil yang berjejeran. Suaru ini adalah milik dari beberapa nagari yang ada di Kabupaten Padang Pariaman.
“Surau ini sebagai tempat persinggahan bagi jemah sesuai dengan asal daerahnya masing-masing, misalnya jemaah dari VII Koto, jika ingin istirahat ada tempatnya di sini, begitu juga dengan daerah lain,” kata Khatib Malin Malano yang mengaku sebagai pengurus generasi keempat di kawasan itu.
Dulu, lanjutnya, sebelum pandemi Covid-19 sangat banyak peziarah yang datang dari luar daerah, bahkan dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Brunai Darusalam dan sebagainya.
“Tetapi karena pandemi, wisatawan asing tidak bisa bepergian, maka saat ini yang paling banyak itu wisatawan lokal saja yang datang ke sini,” katanya.
Pengelola juga telah menyiapkan berbagai fasilitas di kawasan Makam Syekh Burhanuddin ini, mulai dari masjid yang megah, toilet yang terjaga kebersihannya hingga lapangan parkir yang sangat luas, sehingga memberi kenyamanan bagi pengunjung yang datang. (*)