LIPUTAN EKSKLUSIF: Saat Masjid Tidak Hanya Sebagai Tempat Ibadah

MASJID JAMI’ NURUL HUDA

Masjid Jami’ Nurul Huda

Masjid Jami’ Nurul Huda

“Masjid Jami’ Nurul Huda yang berada di Kelurahan Silaing Bawah, Kecamatan Padang Panjang, patut menjadi salah satu rumah ibadah dengan sistem manajemen terbaik di Sumatra Barat. Terbukti, dengan beragam inovatif yang disuguhkan bagi jemaah yang datang, sehingga manfaat masjid lebih dari sekadar tepat untuk beribadah.”

Meskipun tak berpenampilan besar dan mewah layaknya masjid-masjid agung yang menjadi buah bibir banyak dan bahkan viral di berbagai daerah saat ini, namun Masjid Jami’ Nurul Huda yang terlihat sederhana itu mampu menarik para pelancong dan musafir yang melewati jalur Padang-Bukittinggi itu untuk singgah ke sana.

Pengurus Masjid Jami’ Nurul Huda dan jemaah foto bersama dengan Wali Kota Padang Panjang, Fadly Amran.

Tampil beda dengan masjid kebanyakan yang hanya dibuka pada saat waktu salat wajib saja, Masjid Jami’ Nurul Huda ini terbuka 24 jam untuk jemaah atau pun musafir yang datang. Selain itu, pengurus masjid juga menyediakan fasilitas yang mampu memanjakan para pengunjung.

Di Kompleks Masjid Jami’ Nurul Huda ini ada ruang istirahat, hingga penginapan bagi musafir, ada juga makanan ringan dan minuman yang boleh dikonsumsi oleh para musafir. Tak Salah kiranya menobatkan Masjid Jami’ Nurul Huda ini sebagai masjid ramah pengunjung.

Saat datang ke Masjid Jami’ Nurul Huda ini, jemaah akan disambut oleh papan petunjuk arah, layaknya di bandara yang akan memandu para pengunjung untuk beribadah di Masjid ini.

Di bulan Ramadan ini, juga banyak menu buka puasa yang tersedia di Masjid Jami’ Nurul Huda ini dan bisa dikonsumsi oleh para jamaah dan musafir secara gratis. Toilet dan ruang berwudu Masjid Jami’ Nurul Huda ini juga terkesan elegan dan sangat bersih, layaknya toilet yang ada di hotel dan bandara.

Pojok literasi Masjid Jami’ Nurul Huda menjadi salah satu fasilitas yang sering dimanfaatkan jemaah.

Selain itu, di masjid yang awalnya mulai dibangun sejak 1960-an itu juga dilengkapi dengan perpustakaan terbuka yang bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung.

Ketua Pengurus Masjid Jami’ Nurul Huda, Ustaz Ade Sehabudin mengatakan, alasan masjid ini buka 24 jam adalah untuk memenuhi kebutuhan umat.

“Kami pengurus masjid terinspirasi dari banyaknya tempat umum yang beroperasi 24, seperti minimarket, SPBU, restoran dan banyak lagi. Jadi tak salah kiranya, jika kami juga ingin membuat masjid ini beroperasi 24 jam,” ujar Ade Sehabudin.

Disebutkan Ustadz Sehabudin, saat ini di Masjid Jami’ Nurul Huda memiliki 10 jenis sarana kegiatan pelayanan, yakni layanan masjid buka 24 jam, gratis parkir, gratis minum musafir, gedung TPQ/TPSQ/MDTA, sedekah Jumat, penginapan, toilet/wudhu bersih, perpustakaan, penyelenggaraan jenazah, buletin Jumat, lembaga ziswaf dan kajian tafsir Al-Qur’an.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi saat meresmikan 10 layanan inovatif Masjid Jami’ Nurul Huda.

“Alhamdulillah, 10 jenis pelayanan ini telah diresmikan langsung oleh Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansarullah bersama Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran,” ucap Ustaz Sehabudin.

Semua inovasi yang ada di masjid ini, lanjut Sehabudin, dengan satu tujuan, yakni keinginan pengurus untuk mengembalikan fungsi masjid seperti pada zaman nabi dahulu.

“Jika masjid hanya digunakan untuk salat dan wirid, rasanya belum mewakili keinginan umat, meskipun belum sepenuhnya terpenuhi, namun kami terus mencoba memberikan layanan terbaik untuk jamaah,” ujarnya.

Untuk pendanaan masjid ini, ucap Sehabudin, berasal dari umat, berupa infak, wakaf dan sedekah.

Suasana ruangan penginapan Masjid Jami’ Nurul Huda yang dibuka 24 jam.

“Alhamdulillah, banyak pengunjung yang datang ke sini, setidaknya ada dari berbagai provinsi di Indonesia ini, seperti dari Riau, Kepri, Aceh, Medan, Palembang, Jakarta, Bekasi hingga Kalimantan dan Sulawesi. Alhamdulillah, mereka yang datang merasa senang dan nyaman,” ucapnya.

Sejarah Masjid Nurul Huda

Masjid Jami’ Nurul Huda menjadi masjid pertama yang ada di Jorong Silaing Bawah, yang dibangun oleh masyarakat pada tahun 1960-an. Lahan masjid ini adalah sebidang tanah wakaf anggota suku kaum Panyalai Rangkayo Marajo.

Masjid ini dibangun dengan model konstruksi semi permanen dengan ukuran 13mx13m. Seiring pertumbuhan penduduk Silaing Bawah dan Kota Padang Panjang, volume daya tampung masjid yang kala itu tidak memadai, maka beberapa tokoh masyarakat mencari jalan untuk mengganti bangunan semi permanen menjadi permanen yang mampu menampung lebih banyak jemaah dari sebelumnya.

Pengurus Masjid Jami’ Nurul Huda mempersiapkan hidangan berbuka gratis untuk para jemaah.

Akhirnya, sampailah proposal permohonan pembangunan masjid itu ke Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP) yang diketuai oleh H. M. Soeharto yang kala itu sebagai Presiden Republik Indonesia.

Untuk memenuhi permohonan tersebut ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengurus. Alhamdulillah, berkat kerja keras pengurus dan jemaah semua persyaratan tersebut terpenuhi pada Tahun 1989.

Maka sejak Juli Tahun 1991 di bawah Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, masjid yang tadinya bentuk semi permanen menjadi bangunan permanen dan lebih luas lagi.

Pada peletakan batu pertamanya dilaksanakan oleh menteri peranan wanita saat itu dijabat oleh ibu Sulasikin Murpratomo, SH, pada 15 Juli 1991 dan turut disaksikan oleh Wali Kota Padang Panjang kala itu H. M. Achjarli. A. Jalil.

Jemaah melintas di depan pintu masuk utama Masjid Jami’ Nurul Huda.

Luas bidang bangunannya diperluas menjadi ukuran 15mx15m. Lebih luas dari bangunan sebelumnya. Setelah pembangunan selesai, maka masjid ini diresmikan pada 11 Maret 1992 oleh bapak Menteri Koperasi Bustanul Arifin.

Bangunan masjid berkonstruksi baja ini sangat spesial, karena tanpa ada tiang-tiang penyangga di dalam ruangannya, sehingga area dalam masjid terkesan sangat luas. Di samping itu, dilengkapi dua unit tempat berwudu di sisi utara tempat perempuan dan bagian selatan masjid tempat laki laki. (*)

Exit mobile version