“Misalnya, mereka juga harus dikasi tahu apa keuntungan bagi mereka. Misalnya jika ada wisatawan yang masuk ke bangunan etnik Tionghoa, mereka harus dilibatkan menjadi pemandu wisata di lokasi itu,” ucapnya.
Abdi meyakini dengan menetapkan batasan-batasan areal kunjungan tertentu bagi wisatawan dengan mendengarkan aspirasi dan pandangan kelompok etnik masyarakat setempat, rencana penataan dan pengelolaan destinasi wisata sejarah di Kota Tua Padang akan berjalan dengan lancar.
Pengetahuan itu penting agar kearifan lokal masing-masing etnis tetap terjaga dengan menciptakan aspek toleransi yang perlu dipahami wisatawan ataui pengunjung,” pungkasnya menutup. (*)