HALUANNEWS, PADANG — Kembali terjadinya insiden kecelakaan di objek wisata yang memakan korban jiwa harus menjadi catatan penting bagi pengembangan sektor pariwisata di Sumatra Barat (Sumbar) ke depannya, terutama dalam menyusun standar keamanan dan prosedur penyelamatan di objek-objek wisata.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahkan akan mengeluarkan Surat Edaran (SE) untuk pemerintah daerah dan pengelola wisata, terkait pemeriksaan kondisi dan fasilitas keamanan di objek wisata yang rawan terjadi insiden.
Menurut Direktur Pusat Studi Desa Wisata Kreatif Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat, Moch Abdi mengatakan, salah satu pekerjaan rumah yang harus dituntaskan dalam pengembangan wisata, yaitu pemahaman seluruh stakeholder kepariwisataan tentang Destination Management Organization (DMO).
Khususnya terkait jaminan keselamatan pengunjung di objek wisata. Secara umum DMO merupakan struktur tata kelola destinasi pariwisata yang mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan terpadu.
“Salah satu hal untuk meminimalisir potensi insiden kecelakaan di objek wisata adalah pemahaman tentang DMO bagi pengelola,” ujar Abdi, Jumat (13/5/2022).
Sebab, menurut Abdi, pengelola wisata harus diedukasi terkait konsep dan manajemen, termasuk terkait prosedur keamanan dan penyelamatan bila ada insiden kecelakaan yang membahayakan pengunjung. Seperti kasus meninggalnya empat wisatawan di Pantai Sikabu Pasaman Barat saat libur Lebaran kemarin.
Kemudian, Abdi menambahkan, pemerintah daerah terkait perlu memberikan pengawasan terkait pengelolaan dan manajemen wisata, mulai dari organisasi perangkat daerah, kecamatan, pemerintahan nagari hingga di tingkat jorong.
Menurut Abdi, pengawasan tersebut perlu untuk memastikan prosedur keamanan diterapkan dengan baik, seperti adanya pemasangan papan informasi yang berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan pengunjung.
“Pengelola perlu memberikan informasi kepada pengunjung ketika memberikan tiket masuk perihal aturan, etika, jam kunjung dan hal-hal perlu diketahui oleh pengunjung berkaitan dengan kenyamanan dan keselamatan saat berada di destinasi. Edukasi ke pengunjung tidak hanya disampaikan secara lisan, namun juga dilengkapi dengan banner atau spanduk di sekitar kawasan,” katanya lagi.
Terutama, sambung Abdi, destinasi bahari yang cukup riskan terjadi insiden-insiden, sehingga perlu adanya tim siaga untuk berpatroli mengawasi pengunjung agar jauh dari bahaya.
“Kalau destinasi bahari, unsur pengelola juga perlu dilengkapi dengan tim yang selalu berpatroli setiap saat di sekitar kawasan, agar hal-hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisir,” ujarnya.
Ia juga mendorong agar pengelola wisata kedepan menyediakan asuransi saat pembelian tiket masuk untuk para pengunjung, sebagai salah satu jaminan untuk keselamatan wisatawan saat berwisata di tempat tersebut.
“Pengelola juga perlu menjalin kerja sama dengan pihak asuransi. Asuransi tidak hanya untuk pengunjung, tapi juga untuk pengelola,” tutur Dosen Fakultas Pariwisata UMSB tersebut.
Sebelumnya, empat pengunjung di dua objek wisata di Pasaman Barat meninggal dunia, yaitu F (42), seorang mahasiswa inisial TY (28) dan seorang petani A (52) di objek wisata Pantai Sikabau Nagari Parit, Kecamatan Koto Balingka, adalah pria inisial. Dan satu korban lainnya, yaitu RH (16) di objek wisata Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang.
Dugaan sementara keempat pengunjung tersebut hanyut dan tenggelam akibat tidak bisa berenang. Para korban baru ditemukan setelah empat jam pencarian oleh tim gabungan Polri, TNI, Basarnas Pos Pasaman, BPBD, kelompok sadar wisata dan pemerintahan nagari.
Kepala Dinas Pariwisata Pasaman Barat, Decky H Sahputra menyebutkan, pemerintah daerah akan mengevaluasi terkait keamanan dan penyelamatan kecelakaan di objek wisata. Termasuk menyiapkan tim rescue gabungan.
“Terkait dengan empat orang yang mengalami musibah di dua objek wisata pihaknya akan melakukan evaluasi ke depan. Apakah nanti di setiap objek wisata akan disediakan tenaga pertolongan pertama yang bekerja dengan Basarnas,” ujar Decky.
Ia juga akan meminta agar kelompok sadar wisata dan pemuda setempat untuk membentuk tim keselamatan, khususnya di objek wisata air yang cukup berisiko. Ditambah dengan tingkat keramaian pengunjung pada momen liburan.
“Hal ini akan kita coba minimalisir di masa yang akan datang. Paling tidak kita bekerja sama dengan tim sadar wisata kelak,” katanya.
Ditindak Tegas
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno secara tegas meminta pengelola destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif memperkuat faktor-faktor kebersihan, kesehatan, keamanan dan keberlanjutan lingkungan (CHSE), serta pengawasannya guna memberikan keamanan dan kenyaman bagi wisatawan dan masyarakat.
Hal ini disampaikan Menparekraf Sandiaga Uno terkait insiden yang terjadi didestinasi wisata di masa libur Lebaran 2022. Salah satunya kejadian yang terjadi di Kenjeran Park, Surabaya, Jawa Timur.
“Penguatan aspek-aspek CHSE ini merupakan hal yang penting untuk dapat diperhatikan pengelola destinasi maupun sentra ekonomi kreatif dan sudah terus kami sampaikan sejak memasuki persiapan masa libur Lebaran Tahun 2022,” kata Sandiaga.
Ia meminta agar pengelola destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif benar-benar dapat memperhatikan hal ini. Kemenparekraf akan mengeluarkan surat edaran bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk meninjau ulang dan memperkuat kembali aspek-aspek standar layanan wisatawan berbasis CHSE.
“Yang terjadi di Kenjeran Park tentunya adalah aspek CHSE yang belum diterapkan secara ketat dan disiplin. Jadi kami akan mengeluarkan surat edaran untuk setiap pengelola destinasi wisata untuk memastikan, melakukan inspeksi ulang CHSE. Terutama jika ada aspek-aspek teknis yang selama ini tidak terlalu diperhatikan,” kata Sandiaga.
Sandiaga menegaskan, pihaknya tidak akan ragu untuk merekomendasikan destinasi wisata maupun sentra ekonomi kreatif yang tidak memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan pengunjung untuk ditutup.
“Saat ini tim Kemenparekraf terus melakukan monitoring dan evaluasi. Dan kami mengingatkan semua pihak terutama lintas kementerian/lembaga dan juga di level pemerintah daerah dan masyarakat secara umumnya, agar kejadian ini tidak akan terulang lagi di destinasi wisata manapun ke depan,” kata Sandiaga.
Sandi menegaskan, Kemenparekraf juga akan melakukan sidak ke objek-objek wisata untuk memeriksa dan memastikan aspek CHSE, khususnya terkait keamanan pengunjung sudah diterapkan dengan baik.
“Kami tidak akan ragu untuk segera hadir dan melakukan inspeksi di lapangan juga dalam kolaborasi. Kami terus akan memberikan update mengenai penanganan krisis ini yang akan terus kami informasikan,” kata Sandiaga. (*)