Apa yang masih menjadi catatan untuk pengembangan wisata Sumbar setelah libur Lebaran ini?
Pertama sekali persoalan yang kita hadapi, yaitu kepadatan arus kendaraan roda dua dan roda empat di sepanjang jalan. Baik dari Kabupaten Lima Puluh Kota menuju Bukittinggi, Bukittinggi menuju Kota Padang, di Pariaman, Kabupaten Agam, Pesisir Selatan, Solok dan Sawahlunto. Hampir semua terjadi kepadatan.
Artinya juga itu menjadi lonjakan yang sangat tinggi yang dicapai Tahun 2022 kedatangan wisatawan meningkat. Tentu ini menjadi catatan bagi semua pihak. Yang masih menjadi catatan sedikitnya, tempat persinggahan dan ditambah warung-warung dadakan di pinggir jalan yang tidak memiliki lahan parkir.
Sehingga pengguna yang berhenti di pinggir jalan turut menyebabkan kemacetan. Toko, warung, rumah makan yang berdekatan dengan jalan dan tidak punya lahan parkir juga turut memakan jalan sebagai lahan parkir.
Hal itu juga turut menyumbang kemacetan. Ini harus disiasati kedepannya, bagaimana sepanjang jalan itu tidak boleh mobil berhenti. Kalau berhenti harus cari tempat parkir yang jangan memakan jalan raya. Ini salah satu persoalan yang harus kita selesaikan ke depan. Kalau untuk memperlebar jalan, berat, medan dan biayanya berat. Harapan juga ke depan bagaimana pemerintah mengelola parkir ini dengan sistem online, tidak lagi manual. Artinya, petugas tidak lagi memungut biaya hanya memberikan pelayanan, sehingga tidak akan ada pungutan parkir liar hingga memalak wisatawan dengan dalih harga Lebaran.