LIPUTAN EKSKLUSIF: Kunjungan Wisata Meningkat 200 Persen

Ketua Asita Sumbar

Ketua DPD Asita Sumbar, Darmawi

Meningkat pesat pada libur Lebaran Idulfitri 1443 H, memberikan dampak cukup signifikan ke berbagai sektor. Namun sejumlah hal masih menjadi catatan untuk pengembangan wisata Sumbar kedepannya.

Bagaimana tingkat kunjungan wisata selama libur Lebaran ini?

Kunjungan wisata saat libur Lebaran diperkirakan meningkat sekitar 200 persen bahkan dari liburan 2018 dan 2019. Baik dari masyarakat yang pulang dari rantau maupun wisatawan yang datang dari provinsi tetangga, seperti Riau, Jambi, Medan, Bengkulu maupun Pulau Jawa.

Itu diperkirakan akibat waktu libur yang cukup panjang dan mulai dilonggarkannya kebijakan pembatasan saat Lebaran.

Bagaimana geliat pariwisata saat Lebaran ini?

Geliat pariwisata Sumbar sangat signifikan. Tentu dampaknya kepada perekonomian dan PAD Sumbar, artinya semua warga kita mendapatkan dan menikmati hasil pada liburan saat Lebaran ini.

Artinya saat 2020 dan 2021 masih Covid-19 dan belum bebas bepergian dan melakukan perjalanan. Hal itu menyebabkan animo daripada masyarakat untuk datang ke Sumbar yang kaya akan destinasi wisata alam meningkat.

Apa yang masih menjadi catatan untuk pengembangan wisata Sumbar setelah libur Lebaran ini?

Pertama sekali persoalan yang kita hadapi, yaitu kepadatan arus kendaraan roda dua dan roda empat di sepanjang jalan. Baik dari Kabupaten Lima Puluh Kota menuju Bukittinggi, Bukittinggi menuju Kota Padang, di Pariaman, Kabupaten Agam, Pesisir Selatan, Solok dan Sawahlunto. Hampir semua terjadi kepadatan.

Artinya juga itu menjadi lonjakan yang sangat tinggi yang dicapai Tahun 2022 kedatangan wisatawan meningkat. Tentu ini menjadi catatan bagi semua pihak. Yang masih menjadi catatan sedikitnya, tempat persinggahan dan ditambah warung-warung dadakan di pinggir jalan yang tidak memiliki lahan parkir.

Sehingga pengguna yang berhenti di pinggir jalan turut menyebabkan kemacetan. Toko, warung, rumah makan yang berdekatan dengan jalan dan tidak punya lahan parkir juga turut memakan jalan sebagai lahan parkir.

Hal itu juga turut menyumbang kemacetan. Ini harus disiasati kedepannya, bagaimana sepanjang jalan itu tidak boleh mobil berhenti. Kalau berhenti harus cari tempat parkir yang jangan memakan jalan raya. Ini salah satu persoalan yang harus kita selesaikan ke depan. Kalau untuk memperlebar jalan, berat, medan dan biayanya berat. Harapan juga ke depan bagaimana pemerintah mengelola parkir ini dengan sistem online, tidak lagi manual. Artinya, petugas tidak lagi memungut biaya hanya memberikan pelayanan, sehingga tidak akan ada pungutan parkir liar hingga memalak wisatawan dengan dalih harga Lebaran.

Karena kalau sudah berbicara parkir liar, petugas parkir liar menjamur saat situasi libur Lebaran itu, asal menyorongkan mobil orang tapi ia tidak mau tau nanti mobil orang akan menimbulkan macet dan lainnya. Kalau dapat untuk parkir ada petugas tetap, honorer sehingga mereka bekerja sesuai SOP.

Ini persoalan klasik yang terus berulang dari tahun ke tahun saat Lebaran. Kemudian, kebutuhan akomodasi perhotelan, homestay masih sangat dibutuhkan. Kita masih kekurangan. Ada sekitar 50 persen lagi yang sangat dibutuhkan. Karena sangat banyak sekali tamu-tamu yang akhirnya menginap di jalan, pom bensin, masjid, karena tidak terakomodir, hotel dan homestay penuh. Cobalah kita lihat ini juga sebagai peluang, yang masih sangat mungkin tergarap. (*)

Berita ini telah terbit di Liputan Eksklusif EDISI MINGGU Koran Harian Umum Haluan, 15 Mei 2022 dengan judul “Kunjungan Wisata Meningkat 200 Persen”.

Exit mobile version