LIPUTAN EKSKLUSIF: Wisata Religi Lubuak Landua Tetap Diminati Wisatawan Lokal

Wisata Lubuak Landua

1. Tradisi Manjalang Buya Lubuk Landua dengan dihadiri ribuan pengunjung.

Kesedihan warga Lubuak Landua khususnya dan Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) umumnya atas kematian 3 ton ikan larangan sangat dirasakan. Apalagi beberapa bulan menjelang liburan Idulfitri. Sebab, ikan larangan itu salah satu daya tarik wisatawan lokal datang ke sana, sehingga ekonomi masyarakat terus meningkat.

Namun, kecemasan masyarakat setempat tidak terjadi. Karena terbukti pada Idulfitri 2022 wisatawan tetap berdatangan menyaksikan ikan larangan di wilayah tersebut. Apalagi, sepertinya ikan larangan tersebut kembali seperti semula, masih banyak dan besar.

Pintu masuk ke objek wisata Lubuk Landua yang dijaga oleh kepolisian ketika wisatawan banyak berkunjung ke wilayah tersebut.

Pj Wali Nagari Lubuk Landua, Afrida Yelneti mengaku masih banyak wisatawan yang datang melihat ikan larangan Lubuk Landua. Perjalanan ikan larangan yang berada di Lubuak Landua telah memiliki sejarah panjang dalam perkembangan objek wisata di Pasaman Barat.

Lubuak Landua sendiri adalah sebuah jorong (desa) di kaki Gunung Pasaman. Jorong asri yang berada di aliran sungai itu berjarak sekitar 10 kilometer dari Simpang Ampek, Ibu Kota Pasaman Barat.

Hadirnya ikan larangan di Lubuak Landua tak lepas dari peran seorang ulama Tarikat Naqsyabandiyah yang mendirikan sebuah surau di lokasi tersebut. Ulama itu bernama Syech Muhammad Bashir, atau yang kemudian dikenal dengan Buya Lubuak Landua.

Dalam catatan-catatan sejarah Buya Lubuak Landua mendirikan surau di lokasi yang kini dikenal sebagai Objek Wisata Religi Lubuak Landua sekitar Tahun 1852. Diyakini, semenjak berdirinya surau itu lah, Buya Lubuak Landua mulai memelihara ikan-ikan garing di aliran sungai yang terkenal jernih dan bersih itu.

Bupati Pasbar, Hamsuardi ikut merayakan hari raya enam dalam Manjalang Buya Lubuk Landua

“Ikan-ikan larangan itu terus dipelihara dan dirawat oleh Buya Lubuak Landua hingga Tahun 1912, dimana ditahun itulah Ia menghembuskan nafas terakhirnya di usia 122 tahun,” katanya.

Kemudian yang menjadi daya tarik lagi di Surau Lubuak Landua adalah tradisi Manjalang Buya Lubuk Landua. Tradisi ini dilakukan habis puasa 6 yang menjadi tradisi turun-temurun. Tradisi ini terus dijaga dari generasi ke generasi berikutnya. Kegiatan tersebut merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka menghormati Syekh Lubuk Landua.

“Di luar acara tradisi Manjalang Buya Lubuk Landua, banyak masyarakat yang datang untuk memenuhi hajat ketempat ini. Konon katanya dengan berkunjung ke makam Buya, akan dikabulkan doanya. Ada juga yang hanya berkunjung untuk berwisata baik dari dalam maupun luar daerah Lubuak Landua,” ujar pj wali nagari tersebut.

Suasana makan bajamba di Surau Lubuk Landua.

Dalam tradisi itu, pemerintah daerah aktif melakukan kegiatan tersebut. Bupati Hamsuardi ikut aktif dalam kegiatan tersebut dengan membuka kegiatan beberapa waktu lalu.

Hamsuardi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut menyukseskan kegiatan Manjalang Buya Lubuk Landur tersebut. Sehingga terlihat Adat basandi Syara Syara basandi kitabullah terpelihara dengan baik di Pasbar.

“Adat mamakai syara mangato. Harus terus kita pelihara di Bumi Mekar Tuah Basamo ini,” katanya.

View yang menarik di Lubuak Landua yang baru saja di buat adalah kuburan ikan larangan yang mati ketika gempa bumi di Mekar Tuah Basamo.

Tradisi pada hari keenam Lebaran ini diawali dengan berjalan sepanjang 2,5 kilometer dari Kantor Wali Nagari (Desa) Aua Kuniang menuju Surau Buya Lubuak Landua. Sedangkan para bundo kanduang (kaum ibu) juga membawa puluhan bekal atau jamba yang diisi dengan singgang ayam dan nasi kunik. (*)

Berita ini telah terbit di Liputan Eksklusif EDISI MINGGU Koran Harian Umum Haluan, 15 Mei 2022 dengan judul “Wisata Religi Lubuak Landua Tetap Diminati Wisatawan Lokal”.

Exit mobile version