Selain memiliki potensi pariwisata alam, hingga Agrowisata yang begitu indah mempesona, Desa Wisata Pesona Pagadih juga pernah menjadi saksi bisu heroisme kegigihan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah itu terekam dari keberadaan beberapa bangunan bernilai sejarah tinggi. Yaitu Surau Tuo dan makam Syekh Tuanku Jadid, serta Rumah Singgah jejak perjuangan sederetan tokoh Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang pernah disinggahi Syafruddin Prawiranegara, Mr. Assat, M. Natsir, hingga Dahlan Jambek.
Ketika pemimpin Dwi tunggal Soekarno-Hatta ditangkap pemerintah kolonial Belanda untuk melenyapkan kemerdekaan Indonesia yang saat itu baru seumur jagung, penyebar luasan informasi bahwa bahwa Republik Indonesia masih ada karena kepemimpinan telah dipindah alihkan sementara, dilakukan dari Pagadih.
“Syafruddin Prawiranegara yang berada di Bukittinggi pergi ke Bateh Aka yang terletak di Bukit Tontong Pagadih. Disana ia umumkan. Indonesia belum tamat. Itu fakta sejarah heroisme bangsa yang pernah terjadi di tempat ini,” ucap Madrid.
Berdasarkan cerita dari para tetua Pagadih, rombongan Syafruddin Prawiranegara pernah bersembunyi dan bergerilya di lebatnya hutan hujan tropis pegunungan bukit barisan Pagadih selama kurang lebih tiga bulan.
Selama masa gerilya itu, para pejuang PRRI banyak dibantu oleh alim ulama setempat bernama Tuanku Jadid yang juga menjadi salah satu dari beberapa orang pendiri Nagari Pagadih.
Syafruddin Prawiranegara diketahui juga memiliki rumah tempat perlindungan di salah satu sudut Nagari Pagadih. Rumah itu terletak di Jorong Kampuang Tigo. Konon kabarnya, rumah ini juga pernah digunakan sebagai lokasi pencetakan uang pada era perjuangan PDRI.