PADANG, HARIANHALUAN.ID – Tiga desa wisata Sumatera Barat (Sumbar) berhasil lolos ke jajaran 50 besar desa wisata terbaik versi Anugerah Desa Wisata (ADWI) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI 2024.
Ketua Tim Pemberdayaan dan Pengembangan Desa Wisata (TP2DeWi) Sumatera Barat, Muhammad Zuhrizul menegaskan, prestasi membanggakan ini harus diikuti dengan langkah kongkrit penguatan mitigasi bencana di 338 desa wisata yang telah ada.
“Kita harus mulai membangun desa wisata berbasis mitigasi bencana. Sebab kenyataannya, Sumbar adalah daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana cukup kompleks,” ujarnya kepada Haluan Jumat (14/6/2024).
Menurut Zuhrizul yang juga merupakan Ketua Umum Indonesian Disaster Emergency Response Unit (I-Deru) ini, penguatan sistem mitigasi bencana di desa wisata, merupakan salah satu prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan (Suistainablity Tourism).
Prinsip ini harus benar-benar diterapkan dalam setiap upaya pembangunan maupun pengembangan seluruh desa wisata. Untuk itu, selain meningkatkan kualitas sarana prasarana di desa wisata, program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) desa wisata, juga harus tetap menjadi prioritas.
Terutama untuk mendukung lingkungan desa wisata yang bersih, asri, bebas dari sampah, serta benar-benar memperhatikan aspek potensi dan resiko ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa menerjang desa wisata. “Kesadaran masyarakat itulah yang kedepannya harus kita jadikan modal utama untuk membangun desa wisata. Sehingga berbagai penghargaan anugerah yang kita terima bisa menjadi Suistainable Income bagi warganya,” ucapnya.
Zuhrizul menekankan, wisatawan nusantara maupun mancanegara saat ini, cenderung lebih tertarik ke tempat-tempat yang bersih, alami, dan memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang masih terjaga. Semua potensi itu, dimiliki oleh desa wisata.
“Oleh karena itu, kunci dari pengembangan sektor pariwisata Sumbar kedepannya, adalah pariwisata berbasis budaya dan kearifan lokal,” jelasnya.
Dari sisi program pengembangan SDM, Zuhrizul menekankan penting dilakukannya peningkatan kompetensi serta sertifikasi bagi seluruh pelaku usaha pariwisata di desa wisata maupun destinasi lainnya.
Bahkan ia menyarankan, program-program pelatihan sadar wisata yang berasal dari dana Pokok Pikiran (Pokir) Anggota dewan, sebaiknya tidak lagi memakai pola-pola pelatihan yang menginapkan peserta di hotel.
Sebab seringkali, kata dia, program tersebut tidak tepat sasaran. Atau bahkan malah menjadi semacam program yang sengaja dirancang untuk menjaga basis suara anggota DPRD Provinsi maupun Kabupaten Kota agar bisa kembali terpilih pada Pileg selanjutnya.
“Alangkah baiknya jika program yang dilaksanakan berupa program peningkatan kompetensi dan sertifikasi pelaku usaha pariwisata. Program ini jelas lebih efektif dan sangat dibutuhkan sektor pariwisata Sumbar hari ini,” tegasnya.
Zuhrizul menerangkan, program pelatihan dan sertifikasi yang dinilai lebih efektif ini, misalnya seperti sertifikasi pemandu desa wisata , sertifikasi atau standarisasi kuliner , sertifikasi homestay layak atau bahkan sertifikasi aspek keamanan, kesehatan dan keselamatan (K3) di destinasi wisata.
“Bisa juga berupa pelatihan merancang paket menginap di desa wisata, hingga media promosi yang bisa dikerjasamakan dengan Asosiasi Travel Agent atau ASITA,” ucapnya lagi.
Disamping itu, ia juga meyakini bahwa salah satu potensi pariwisata Sumbar yang belum sepenuhnya berhasil dikembangan dengan maksimal, adalah potensi pariwisata minat khusus seperti arung jeram, eksplorasi goa, susur sungai, panjat tebing dan sebagainya.
Untuk mendukung pengembangan potensi pariwisata minat khusus ini, ia mendorong pemerintah daerah untuk ambil bagian dalam menciptakan program yang bermuara kepada sertifikasi bagi para pemandu (Guide) wisata minat khusus.
“Seperti lisensi bagi tandem pilot paralayang, Diving Guide, Surfing Guide , Caving Guide , Mountaineering, Hiking Guide , Geo Guide, Agro Guide , Fishing Guide atau Rafting Skyper,” pungkasnya. (*)