Selama membuat Tabuik, Ade mengaku tidak memiliki rancangan ukuran yang mendetail. Proporsionalitas Tabuik gadang ia serahkan pada sentuhan tangan sendiri dengan dibantu oleh beberapa rekan satu timnya.
Seperti saat membuat bagian badan burak, bentuk tubuh dan volume burak dikerjakan tanpa merinci angka. Jika dilihat saksama, tubuh burak pada Tabuik Pasa dan Subarang memiliki perbedaan proporsi.
“Estetika Tabuik kami serahkan pada feeling atau perasaan yang disalurkan saat proses pembuatan. Beda tangan yang mengerjakan, tentu hasilnya juga akan berbeda,” katanya.
Kepada Haluan, Ade Ratman pembuat Tabuik itu, menyebut durasi pembuatan Tabuik bisa disesuaikan tergantung jadwal yang diberikan panitia. Oleh sebab itu, timnya harus siap untuk mengerjakan patung raksasa tersebut di waktu singkat maupun panjang.
Selama proses pembuatan, ada beberapa pekerjaan yang disebut membutuhkan ketelitian dan durasi yang panjang. Misalnya, saat menghias pernak-pernik serta menganyam rotan untuk burak dan gomaik.
“Pengerjaan yang agak lama itu ketika menghias, lalu saat menganyam rotan untuk membuat gomaik, dan menganyam burak,” ujarnya.
Tahun ini, Ade dan teman-temannya kembali dipercaya untuk membuat Tabuik gadang di Rumah Tabuik Subarang. Pada kesempatannya, ia berharap karya seni tersebut kembali dinikmati oleh masyarakat luas. (*)