LIPUTAN EKSKLUSIF: Pemerintah Daerah Poles Desa Wisata Jadi Primadona

Wisata Nagari

Keindahan Nagari Sungai Batang di Kabupaten Agam, salah satu nominasi dalam ADWI 2021 dengan meraih penghargaan kategori daya tarik wisata dari Kemenparekraf. IST/Kemenparekraf

HALUANNEWS, PADANG — Berbagai skema disusun pemerintah daerah untuk memoles desa wisata sebagai primadona baru destinasi wisata. Apalagi ekosistem wisata berbasis pemberdayaan masyarakat di Sumatra Barat (Sumbar) cukup kompleks sebagai motor penggerak ekonomi nagari nantinya. Termasuk juga dalam menyambut perhelatan Visit Beutiful West Sumatra 2023.

Konsep desa wisata yang berbasis pemberdayaan masyarakat dinilai mampu berkontribusi menggerakan sejumlah sektor-sektor perekonomian, seperti UMKM dan kesejahteraan masyarakat di nagari dan desa. Sehingga penguatan pendampingan bagi pengelola desa wisata menjadi salah satu fokus yang tengah diperhatikan oleh pemerintah daerah.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah kepada Haluan mengatakan, pihaknya tengah memetakan potensi masing-masing desa atau nagari di Sumbar yang bisa dijadikan andalan untuk pengembangan sektor pariwisata.

Menurutnya, masing-masing daerah punya keunikan dan nilai yang dapat dikembangkan untuk pariwisata.

“Masing-masing nagari dan desa punya perbedaan atau keunikan tersendiri, tentu pendekatan pariwisata yang akan dikembangkan juga berbeda. Pada tahun lalu, desa atau nagari di Sumbar merupakan salah satu daerah yang menerima penghargaan terbanyak untuk anugerah desa wisata dari Kemenparekraf. Ini adalah potensi dan modal besar untuk bisa maju,” kata Mahyeldi, Jumat (20/5/2022).

Selain keindahan alam, sambung Mahyeldi, desa-desa di Sumbar juga menawarkan keunikan dari segi budaya dan kuliner. Wisatawan juga bisa melihat atau terlibat langsung dengan masyarakat setempat dalam aktivitas pertanian dan perkebunan.

“Kita punya wisata yang tidak ada di tempat lain, kita bisa melihat empat danau dan empat gunung dari satu tempat. Selain itu, juga bisa agrowisata yang bisa dinikmati oleh wisatawan di desa,” katanya lagi.

Pengembangan desa wisata, katanya, juga akan membawa dampak positif bagi perkembangan UMKM di daerah. Gubernur mengatakan, setidaknya terdapat 600 ribu UMKM yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Sumbar.

“Kita punya kuliner yang khas di tiap daerahnya, begitu juga dengan kesenian. Seperti di Pasaman itu ada dua kesenian yang berasal dari Minang dan Sumatra Utara yang bisa dinikmati. Begitu juga di Padang ini, tidak hanya kesenian dan budaya Minangkabau, ada juga budaya dari Cina, Arab dan India,” katanya lagi.

Selain itu, rumah-rumah warga di desa atau nagari yang ditinggalkan pemiliknya merantau juga bisa disewakan untuk wisatawan. Jadi, kata Gubernur, banyak sektor yang akan terdampak dari pengembangan desa wisata.

“Wisatawan bisa tinggal di rumah warga yang nantinya akan jadi homestay itu. Jadi ini, bisa lebih membuat nyaman dan berlama-lama tinggal di Sumbar, wisatawan bisa datang dengan keluarga dan merasakan langsung bagaimana hidup di nagari atau desa di Sumbar,” katanya.

Pemprov dan Pemda di Sumbar, katanya, tengah mendorong Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis untuk menumbuhkan kesadaran wisata bagi pemuda masyarakat desa. Saat kesadaran wisata itu sudah terbangun, maka support berupa investasi dari BUMN, BUMD dan swasta bisa dengan mudah diperoleh, begitu juga dukungan dari anggaran pemda.

“Pendampingan juga kita datangkan dari dinas dan tenaga profesional untuk jadi mentor bagi masyarakat. Selain itu, masing-masing nagari juga punya perantau-perantau yang hebat yang bisa menjadi mentor atau pendamping. Kami mengedepankan adanya kolaborasi ranah dan rantau, agar nagari desa kita bisa solid. Ini modal untuk menggalang potensi dan pengembangan desa wisata di Sumbar,” katanya.

Kesadaran SDM di desa dan nagari terhadap kepariwisataan, kata Gubernur, merupakan salah satu kendala untuk pengembangan desa wisata. Hospitality dan wawasan pengelolaan wisata merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan desa wisata.

“Kesadaran pariwisata perlu ditingkatkan, keramahan atau hospitality bagi pengunjung perlu ditingkatkan, itu makanya ada pendamping. Hal itu adalah syarat selain kesiapan sarana prasarana. Selain itu, pendanaan yang lebih besar atau adanya investasi akan berdampak pada percepatan pengembangan wisata desa,” katanya menutup.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy, bahwa desa wisata merupakan salah satu pendorong kebangkitan pariwisata Sumbar pascapandemi Covid-19.

Sebab, rata-rata pengelolaan oleh pokdarwis sudah sangat baik. “Kita bisa klasifikasikan dari 254 desa wisata yang terdaftar tahun ini, yaitu grade I, II dan III. Untuk grade I, yang telah masuk nominasi kebersihan dan pelayanannya sudah sangat baik dalam menyambut wisatawan,” katanya.

Menurut Audy, desa wisata di Sumbar juga sudah siap untuk menjadi destinasi baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Sumbar. Termasuk pada momentum libur Lebaran 1443 Hijriah kemarin.

Di samping itu, Audy mengatakan, pengembangan desa wisata juga didukung dengan keberadaan sumber daya manusia yang sebagian besar dikelola oleh generasi milenial. Sehingga mampu melahirkan ide kreatif dan mengaplikasikan konsep-konsep menarik dalam desa wisata, sehingga layak untuk “dijual”.

Selain itu, Dinas Pariwisata Sumbar juga tengah memoles desa-desa wisata yang akan mengambil peran yang cukup penting pada helatan Visit Beutiful West Sumatra 2023. Keberadaan desa wisata akan menambah daya tarik bagi 19 Daya Tarik Wisata Unggulan (DTWU) yang tersebar di 19 kabupaten/kota di Sumbar. (*)

Berita ini telah terbit di Liputan Eksklusif EDISI MINGGU Koran Harian Umum Haluan, 22 Mei 2022 dengan judul “Memoles Nagari-Nagari Wisata”.

Exit mobile version