LIPUTAN EKSKLUSIF: Tidak Cukup dengan Pendamping Saja untuk Pengembangan Desa Wisata

Nagari saribu

Kawasan Desa Wisata Nagari Saribu Gonjong di Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai salah satu nominasi dalam ajang ADWI 2021. Jumlah desa wisata di Sumbar tumbuh dengan pesat dalam dua tahun terakhir, namun sebagian besar masih dalam kategori desa wisata berkembang. IST

HALUANNEWS, PADANG — Desa wisata di Sumatra Barat (Sumbar) tumbuh dengan pesat dalam dua tahun terakhir. Namun sejumlah pekerjaan rumah masih menjadi tantangan untuk pengembangan ke depan, terutama dalam mencapai tujuan desa wisata untuk membuat nagari mandiri dengan potensi yang ada.

Pusat Studi Desa Wisata Kreatif Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat (UM Sumbar) mencatat jumlah pengunjung desa wisata meledak pada libur Lebaran Idulfitri kemarin. Namun dari hal tersebut tampak sejumlah pekerjaan rumah yang harus diatasi oleh pemerintah daerah dalam pengembangan desa wisata kedepannya.

“Libur Lebaran kemarin sangat memberi berkah kepada kawan-kawan pengelola desa wisata, karena mengalami ledakan pengunjung. Sebagai destinasi wisata baru tampak beberapa catatan yang perlu dievaluasi dan diperkuat oleh pemerintah daerah dan instansi terkait dalam pengembangan desa wisata di Sumbar,” ujar Direktur Pusat Studi Desa Wisata Kreatif Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Moch Abdi kepada Haluan beberapa waktu lalu.

Ia menyampaikan, secara umum para pengelola desa wisata masih lemah dalam konteks manajemen, apalagi saat melayani jumlah wisatawan yang cukup membludak pada libur Lebaran kemarin. Kondisi ini kemudian juga dipengaruhi oleh kelengkapan fasilitas dan sarana penunjang di sejumlah desa wisata khususnya pada desa wisata yang baru dikelola.

“Selama ini pengelola desa wisata, kelompok sadar wisata di desa wisata baru bergerak dengan kondisi sebisa dan seadanya, dan ternyata belum sebanding dengan tingkat kunjungan saat Lebaran kemarin,” katanya.

Menurut Abdi, hal tersebut harus menjadi perhatian khusus pemerintah daerah dan organisasi peringkat daerah (OPD) terkait, sehingga salah satu target dari pembentukan desa wisata sebagai motor penggerak ekonomi lokal bisa tercapai.

“Basis dari desa wisata adalah pemberdayaan masyarakat dalam mengelola mengembangkan potensi lokal yang dikelola oleh masyarakat lokal, yang pemanfaatannya pun diharapkan mampu mendorong ekonomi lokal,” ujarnya.

Abdi berpendapat, pemerintah perlu untuk menyusun pola yang ideal dan lebih tepat dalam pendampingan terhadap pengelola desa wisata, sehingga potensi desa wisata tersebut bisa digali dan digerakan lebih optimal.

Pengembangan desa wisata, sambung Abdi, juga harus mendapat dukungan dan peran aktif berbagai instansi dengan tidak hanya terfokus pada Dinas Pariwisata. Seperti untuk pembangunan fasilitas infrastruktur bisa dibantu oleh Dinas PUPR, atau kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup hingga pelayanan dan penerapan kesehatan dari Dinas Kesehatan.

Di samping itu, Abdi menambahkan, pengembangan desa wisata di Sumbar juga harus terukur sebab dalam klasifikasinya desa wisata terdiri dari desa wisata rintisan, desa wisata berkembang, desa wisata maju dan desa wisata mandiri. Di Sumbar, menurutnya, sebagian besar desa wisata masih dalam kategori desa wisata berkembang, sehingga perlu adanya pengembangan yang terukur agar desa wisata di Sumbar berkembang pada kategori maju ataupun mandiri.

“Pekerjaan rumah kita ke depan nantinya bagaimana desa wisata Sumbar menjadi desa wisata yang mandiri dan maju dari pemanfaatan potensi wisata. Sebagian besar desa wisata di Sumatra Barat masih dalam kategori desa wisata rintisan dan berkembang, sehingga pendampingan menjadi,” ujarnya.

Sementara itu, Dinas Pariwisata Sumbar mencatat pertumbuhan desa wisata yang cukup signifikan. Pada 2020 terdapat 13 desa wisata di Sumbar, kemudian bertambah menjadi 231 desa wisata pada 2021. Total hingga 2022 ini terdapat 294 desa wisata. (*)

Berita ini telah terbit di Liputan Eksklusif EDISI MINGGU Koran Harian Umum Haluan, 22 Mei 2022 dengan judul “Berbagai Tantangan Pengembangan Desa Wisata, Pendampingan Saja Tidak Cukup”.

Exit mobile version