LIPUTAN EKSKLUSIF: Desa Wisata Motor Penggerak Ekonomi Lokal

Ketua BPPD Sumbar Sari Lenggogeni

Pengamat Pariwisata Sari Lenggogeni

Nagari yang memiliki potensi wisata akan didorong untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Sejumlah desa wisata bahkan sudah mampu memanfaatkan potensi wisata yang ada sebagai penggerak ekonomi lokal.

Bagaimana desain pengembangan desa wisata Sumbar?

Kita berharap desa wisata menjadi frontliner-nya wisata, serta pemerataan ekonomi baik industri besar maupun kecil. Targetnya tahun ini jumlah desa wisata terus bertambah.

Seberapa besar potensi desa wisata menjadi penggerak wisata di Sumbar?

Besar sekali, karena banyak sekali potensi desa wisata kita hampir 300 lebih deswa wisata. Kita cukup unggul dibandingkan daerah lain, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Apa yang membuat desa wisata di Sumbar berbeda dengan daerah lain sehingga layak untuk dikunjungi?

Kita punya spirit komunitinya, kita punya budaya dan keindahan alam yang kaya. Ini yang membuat desa wisata kita memiliki nilai beda dari daerah lain.

Bagaimana pergerakkan desa wisata di Sumbar pada libur Lebaran kemarin?

Laporan yang kita terima sudah lebih 200 persen peningkatan wisatawan yang berkunjung ke desa wisata kita. Apalagi di Kapalo Banda, mereka bisa memberdayakan dari hasil keuntungan dari kunjungan wisata itu dengan membeli ambulans untuk nagari, juga ada di daerah lainnya.

Apa grand design sumbar terhadap pengembangan desa wisata?

Ada beberapa opsi yang bisa menjadi grand design dari pengembangan desa wisata, seperti kemarin ada dari Bandung yang menawarkan desa wisata halal dan bisa menjadi masukan juga bagi kita, sebagai pegiat wisata kita support untuk membuat roadmap-nya.

Bagaimana pendampingan yang diberikan oleh pemda untuk pengembangan desa wisata?

Pemda, akademisi, universitas bisa menggerakkan. Pemerintah saling berkoordinasi, Dinas Pariwisata provinsi juga, BPPD sudah bantu mempromosikan juga.

Terkait klasifikasi desa wisata, bagaimana posisi desa wisata di Sumbar saat ini, apakah sudah ada yang menjadi desa wisata mandiri dan maju atau masih tertahan sebagai desa wisata rintisan, desa wisata berkembang?

Sudah ada klasifikasi semuanya. Tapi yang paling banyak rintisan, berkembang juga sudah banyak, kemudian yang maju juga sudah ada.

Apa yang masih menjadi kendala dalam pengembangan desa wisata di Sumbar ini?

Infrastruktur, jalan dan anggaran. Yang jelas di TP2 disupport CHSE, mereka sudah jalan dan turun ke lapangan.

Langkah pengembangan desa wisata ke depan di Sumbar?

Sumbar Bersiap akan Menjadi Tuan Rumah World Islamic Economic Forum (WIEF) Tahun 2023. Sebagaimana yang disampaikan Menteriparekraf pada pelantikan BPPD Sumbar beberapa waktu lalu, beliau menjanjikan satu iven international World Islamic Trade Forum Tahun 2023 di Sumbar. Setelah meninjau lebih lanjut, direncanakan iven diarahkan ke World Islamic Economic Forum ke-14. Terkait iven WIEF di Sumbar dan setelah berdiskusi kita bersepakat untuk mengambil rencana iven ini.

Karena WIEF memiliki orientasi yang lebih tepat dalam era 4.0, konsep lebih futuristik dan akan berdampak signifikan untuk Sumbar sebagai host. Apalagi Sumbar dikenal dengan halal tourism akan lebih memperkuat branding sebagai International MICE Destination dan konteks Islaminya.

Kita akan segera membahas bersama tim kemenparekraf dan akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata provinsi dan kabupaten/kota segera. (*)

Berita ini telah terbit di Liputan Eksklusif EDISI MINGGU Koran Harian Umum Haluan, 22 Mei 2022 dengan judul “Desa Wisata Motor Penggerak Ekonomi Lokal”.

Exit mobile version