“Ini kunjungan saya yang pertama sejak pandemi, sebelumnya juga pernah, saya ke sini untuk mencari bunga krisan, tapi dengan taman penuh bunga seperti ini, saya juga ingin berfoto, tempatnya bagus, dan setiap saya kesini saya selalu terpesona dengan bunga yang ada disini,” ujarnya.
Pengunjung lainnya, Delfi menyebut Batu Patah Payo menjadi alternatif baginya untuk mengajak main anak-anaknya. Sebab, dibanding RTH Kota Solok, Batu Patah Payo jauh dari bising, serta hawa yang cukup sejuk khas perbukitan membuat suasana bermain bersama anak lebih tenang.
Terlebih lagi, menurutnya berbagai jenis bunga krisan memberikan daya pikat tersendiri, karena keberadaan bunga baginya membuat tempat seperti apapun bisa menjadi indah dan nyaman.
“Kalau di taman kota, panas dan bising, disini sejuk, banyak bunga dan karena di perbukitan juga, jadi pemandangannya indah, di sini kita juga bisa membeli bunga krisan,” katanya.
Terpisah, pengelola Agrowisata Batu Patah Payo, Mardi mengatakan, memang saat ini kawasan seluas 1,5 hektar tersebut masih dalam tahap pengembangan. Sejumlah pembenahan dan penambahan sarana penunjang menjadi perhatian.
Dijelaskannya, kawasan Batu Patah Payo dari awal memang dikelola dengan menonjolkan budidaya bunga krisan, sebagai objek utama agrowisata tersebut. Saat ini di areal 1,5 hektare itu baru ada dua green house untuk budidaya, dengan jumlah itu, mengingat tingginya minat, juga masih sangat kurang untuk memenuhi permintaan pengunjung.