PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Pesona Budaya Tabuik 2025 direncanakan akan memecah rekor muri dengan menggelar tarian kolosal yang menampilkan seratus gandang tasa pada acara puncaknya.
Rancangan tersebut disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Raski Fitra, saat ditemui di ruang kerjanya, pekan lalu.
Kendati belum memasuki tahap persiapan, Raski menggambarkan kemeriahan pesta Tabuik tahun mendatang. Sebagai iven pariwisata, Pesona Budaya Tabuik diharapkan sukses menarik kunjungan dalam jumlah besar.
“Pada acara puncak Tabuik kita akan menampilkan tarian kolosal yang kental akan kebudayaan Pariaman melalui gandang tasanya. Kalau bisa, memecahkan rekor muri dengan penampilan 100 gandang tasa,” papar Raski.
Berbeda dengan tahun ini, panitia Pesona Budaya Tabuik tahun 2024 sengaja menghilangkan tarian kolosal karena ingin menonjolkan prosesi Hoyak Tabuik. Namun, pada tahun depan, penampilan tersebut akan dihadirkan kembali dengan wajah baru, yaitu penabuhan 100 gandang tasa.
“Kita akan mencoba mengusulkan anggaran untuk tarian kolosal dengan 100 gandang tasa pada puncak Tabuik 2025. Karena untuk merealisasikannya membutuhkan dana yang tidak sedikit,” tuturnya.
Selain itu, Raski juga menjelaskan bahwa pelaksanaan Pesona Budaya Tabuik akan diisi dengan berbagai lomba permainan anak nagari dan lomba memasak makanan khas Pariaman seperti malamang, membuat serabi dan menggulai kepala ikan.
Semarak lomba khas Minang tersebut sengaja dirancang untuk memeriahkan acara sebagai kegiatan tambahan untuk lebih mengenalkan Tabuik sebagai budaya masyarakat Pariaman. Adapun kegiatan utamanya tidak akan mengubah prosesi sudah dijalankan secara turun-temurun selama bertahun lamanya.
“Tidak akan mengubah prosesi, tapi menambah rangkaian acara seperti permainan anak nagari, lomba malamang, sambareh, serta memasak kepala lauak. Kita akan mengisi Rumah Tabuik dengan berbagai kegiatan tersebut,” katanya.
Menurutnya, dua rumah Tabuik yang ada juga harus ditonjolkan dengan menjadikannya sebagai lokasi berbagai macam kegiatan. “Selama ini di kedua rumah tabuik tidak ada atraksi budaya yang ditonjolkan sebagai kearifan lokal,” ungkapnya. (*)