PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Perayaan Tabuik Pariaman bukan sekedar budaya seni anak nagari, tetapi juga salah satu bentuk ritual tahunan agama Syiah. Berdasarkan sejarahnya, festival ini merupakan tradisi untuk meratapi gugurnya cucu Nabi Muhammad, Husein.
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pariaman, Ustaz Zulkifli Zakaria menyampaikan, pihaknya telah membahas perayaan kebudayaan tersebut menurut hukum syariat Islam.
Ia menjabarkan bahwa budaya Tabuik berawal dari Irak lalu meluas sampai ke Iran. Saat sampai di Pariaman, pelaksanaannya sudah tidak dilakukan oleh orang Syiah lagi.
Kendati, pelaksanaan Tabuik sudah dimodifikasi oleh masyarakat Pariaman dengan tujuan pariwisata, tetapi kegiatan tersebut masih berstatus sebagai salah satu penampilan ritual aliran Syiah.
“Sekiranya telah dimodifikasi demi tujuan parawisata, tapi ia tetap saja berstatus sebagai salah satu penampilan ritual Al-Husainiyat Syiah, selagi masih dalam bentuk penggambaran peristiwa kematian Husain,” tutur Ustaz Zulkifli.
Adapun Syiah merupakan kelompok yang sangat mengagungkan keluarga Ali bin Abi Thalib yang merupakan ayah Husain. Kelompok tersebut disebut cukup ekstrem meratapi kematian Husain hingga melukai tubuh sendiri.