HALUANNEWS, PADANG — Sumatra Barat (Sumbar) rawan diguncang bencana geologi karena terletak di tengah urat nadi Patahan Besar Sumatra (Great Sumatran Fault), atau yang juga dikenal sebagai Sesar Semangko.
Namun, Tuhan Maha Adil. Dibalik sengsara selalu ada nikmat yang tersembunyi. Alam yang indah, arak-arakan bukit yang eksotik, bentangan danau yang memesona, himpunan bebatuan besar yang megah. Kesemuanya dimiliki Sumbar. Tertata dalam lingkup kawasan geologi terpadu yang kemudian dikenal sebagai geopark atau taman bumi.
Kondisi geografi Sumbar yang dikepung bencana memang tak selamanya disesali. Adakalanya juga harus disyukuri. Bagaimanapun, kondisi ini jugalah yang memberikan nilai jual yang tinggi bagi Sumbar. Melalui pengembangan geopark secara terpadu dan berkelanjutan, pariwisata Sumbar mesti didongkrak ke level yang lebih tinggi.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sumbar, Luhur Budianda menyebut, saat ini pihaknya tengah mendorong pengembangan konsep geopark di beberapa kawasan yang memilki potensi bentang alam, fosil dan budaya.
Sumbar sendiri diketahui telah memiliki tiga geopark berstatus Kawasan Geopark Nasional dan diharapkan dapat menjadi primadona kunjungan wisata baru di Sumbar.
Ia mengatakan, kondisi Sumbar sebagai salah satu daerah yang rawan terhadap bencana geologi, karena berada pada bagian tengah Sesar Semangko ikut menciptakan kondisi geologi yang telah membentuk bentang alam dataran tinggi, berupa pegunungan Bukit Barisan dan banyaknya gunung api, serta bentang alam pantai dan kepulauan.
“Keragaman geologi yang indah dan unik yang dianugerahkan Tuhan untuk Ranah Minang ini, baik dalam bentuk bentang alam, bebatuan, fosil dan lain-lain itu mesti menjadi sebuah kekayaan yang wajib dijaga dan dipelihara,” kata Budi, Jumat (27/5/2022).
Selain itu, di Sumbar juga terdapat beberapa kawasan yang memiliki unsur geologi lain, seperti unsur arkeologi, ekologi dan budaya yang kemudian dikenal sebagai geopark. Dispar Sumbar amat mendukung penuh pengembangan kawasan yang mengusung konsep geopark dengan berpedoman kepada upaya konservasi, edukasi dan pemanfaatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan geowisata.
“Saat ini di Sumbar telah teridentifikasi beberapa kawasan potensial dan sudah berstatus sebagai Kawasan Geopark Nasional. Ketiganya adalah Kawasan Geopark Nasional Ngarai Sianok, Kawasan Geopark Nasional Sawahlunto, dan Kawasan Geopark Nasional Silokek Sijunjung,” katanya.
Selain itu, juga terdapat empat kawasan yang menjadi aspiring (kawasan calon Geopark Nasional) di Sumbar, yakni Geopark Talamau, Geopark Harau, Geopark Singkarak, dan Geopark Solok Selatan.
Diharapkan nantinya, pada 2023 mendatang seluruh geopark tersebut, yang beri nama Geopark Ranah Minang, bisa diusulkan bersama-sama sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp) atau kawasan geopark yang diakui UNESCO.
Keberadaan geopark-geopark ini pada dasarnya diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Salah satunya lewat kegiatan geowisata. Masyarakat di sekitar kawasan geopark juga akan didorong untuk menyediakan berbagai geoproduk yang akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
“Di samping itu, juga perlu terus dilakukan sosialisasi geopark kepada masyarakat, terutama kepada pengelola geosite atau pemuka masyarakat setempat, agar nanti memiliki kesamaan visi dan pandangan dalam pengembangan geopark ke depan,” tuturnya.
Budi menambahkan, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Daya Tarik Wisata Unggulan (DTWU) yang tersebar di 19 kabupaten/kota di Sumbar selama libur Lebaran lalu mencapai 1.237.832 orang. Data tersebut dihimpun dari tanggal 3 hingga 8 Mei 2022.
“Kami belum merinci berapa kunjungan di kawasan geopark. Daerah yang paling banyak dikunjungi itu Pasaman Barat dengan jumlah 232.471 orang, lalu Kabupaten Lima Puluh Kota dengan total pengunjung 153.018 dan di peringkat ketiga ada Kota Bukittinggi dengan jumlah 147.500 wisatawan,” katanya.
Terpisah, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mengatakan, saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar juga tengah menyiapkan langkah-langkah untuk mengajukan Geopark Ranah Minang menjadi UGGp.
“Dengan dukungan dan kerja sama semua pihak, diharapkan Geopark Ranah Minang nantinya bisa terdaftar di UNESCO. Sumbar sendiri memang punya potensi kawasan yang banyak untuk bisa dikembangkan menjadi geopark,” katanya.
Ia mengunngkapkan bahwa geopark pada dasarnya merupakan sebuah objek wisata yang orisinil. Dalam artian, wisata yang menyuguhkan keindahan bentang alam Sumbar. Upaya untuk mendapatkan status geoprak nasional dan internasional itu juga dalam rangka menjaga lingkungan, serta melindungi aset dan seluruh hal yang terkandung di kawasan tersebut.
“Kekayaan alam ini yang akan menjadi daya tarik wisawatan, yang nantinya juga menjadi sarana edukasi. Sejatinya, kehadiran geopark bertujuan menjaga dan merawat potensi alam yang ada di kawasan itu. Kami terus melakukan sosialisasi dan diharapkan masyarakat terbangun kesadarannya untuk menjaga dan merawat kekayaan alam yang ada di kawasan itu,” katanya.
Menurut Mahyeldi, kekayaan yang dimiliki Sumbar ini adalah potensi yang perlu dikembangkan ke depan agar bermanfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini, Pemprov Sumbar mendukung pengembangkan kawasan geopark di Sumbar yang berpilar kepada konservasi, edukasi dan pemanfaatan ekonomi masyarakat melalui geowisata.
Oleh karena itu, bersamaan dengan persiapan Geopark Ranah Minang, ia juga meminta OPD terkait agar menyusun jalur geowisata yang terintegrasi sebagai strategi untuk menarik wisatawan datang ke Sumbar, sehingga waktu tinggal menjadi lebih lama.
Geopark Ranah Minang sebagai UGGp
Pemprov Sumbar terus melakukan upaya agar Geopark Ranah Minang dapat diakui sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Diketahui, Pemprov Sumbar akan mengajukan dossier atau draf Geopark Ranah Minang ke UNESCO.
Dossier yang akan diajukan mengangkat tema “Living in Harmony with the Great Sumatran Fault”. Secara filosofi, kawasan Geopark Ranah Minang termasuk dalam zona jajaran Bukit Barisan dan Zona Patahan Besar Sumatra (van Bemmelen).
Zona jajaran Bukit Barisan adalah perbukitan dan gunung api aktif yang memanjang dari selatan ke utara Pulau Sumatra, mulai dari Provinsi Lampung hingga Aceh. Patahan Sumatra memiliki lima segmen, yakni Suliti, Sumani, Sianok, Sumpur, dan Baramun.
Setiap segmen memiliki geosite keunikan dan keindahan tersendiri. Selain itu, kondisi geologis yang dihasilkan oleh Sesar Semangko menghasilkan flora dan fauna yang unik sesuai dengan wilayah di mana mereka hidup.
Geopark Ranah Minang menuju Unesco Global Geopark ini telah disusun sejak 2017. Hingga saat ini, Dispar Sumbar juga telah melakukan sosialisasi dari titik ke titik dengan masyarakat sekitar peopark yang ada, masuk ke sekolah-sekolah sehingga dianggap perkuatan selanjutnya. (*)
Berita ini telah terbit di Liputan Eksklusif EDISI SABTU Koran Harian Umum Haluan, 28 Mei 2022 dengan judul “Meramu Kekayaan Alam dan Geologi Sumbar, Geopark Mendongkrak Pariwisata”.