“Kekayaan alam ini yang akan menjadi daya tarik wisawatan, yang nantinya juga menjadi sarana edukasi. Sejatinya, kehadiran geopark bertujuan menjaga dan merawat potensi alam yang ada di kawasan itu. Kami terus melakukan sosialisasi dan diharapkan masyarakat terbangun kesadarannya untuk menjaga dan merawat kekayaan alam yang ada di kawasan itu,” katanya.
Menurut Mahyeldi, kekayaan yang dimiliki Sumbar ini adalah potensi yang perlu dikembangkan ke depan agar bermanfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini, Pemprov Sumbar mendukung pengembangkan kawasan geopark di Sumbar yang berpilar kepada konservasi, edukasi dan pemanfaatan ekonomi masyarakat melalui geowisata.
Oleh karena itu, bersamaan dengan persiapan Geopark Ranah Minang, ia juga meminta OPD terkait agar menyusun jalur geowisata yang terintegrasi sebagai strategi untuk menarik wisatawan datang ke Sumbar, sehingga waktu tinggal menjadi lebih lama.
Geopark Ranah Minang sebagai UGGp
Pemprov Sumbar terus melakukan upaya agar Geopark Ranah Minang dapat diakui sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp). Diketahui, Pemprov Sumbar akan mengajukan dossier atau draf Geopark Ranah Minang ke UNESCO.
Dossier yang akan diajukan mengangkat tema “Living in Harmony with the Great Sumatran Fault”. Secara filosofi, kawasan Geopark Ranah Minang termasuk dalam zona jajaran Bukit Barisan dan Zona Patahan Besar Sumatra (van Bemmelen).
Zona jajaran Bukit Barisan adalah perbukitan dan gunung api aktif yang memanjang dari selatan ke utara Pulau Sumatra, mulai dari Provinsi Lampung hingga Aceh. Patahan Sumatra memiliki lima segmen, yakni Suliti, Sumani, Sianok, Sumpur, dan Baramun.