Temu Pendidik Nusantara 9, 2.000 Pembicara Akan Diskusikan Kurikulum Baru

Guru belajar

Najelaa Shihab (bawah), selaku pendiri Yayasan Guru Belajar dan sebagian peserta dalam TPN 9 secara daring pada Jumat (3/6/2022). IST

HALUANNEWS, JAKARTA – Cerita Guru Belajar secara resmi membuka penyelenggaraan Temu Pendidik Nusantara (TPN) 9 pada Jumat (3/6/2022).

TPN merupakan konferensi pendidikan tahunan yang menghadirkan guru, pihak manajemen sekolah, pengawas, aktivitis, serta pemangku kepentingan dalam skala nasional dan internasional.

Konferensi yang mengusung tema “Kurikulum yang Memberdayakan Konteks” tersebut akan menghadirkan ratusan kelas dengan 2.000 pembicara dari berbagai latar belakang. Sehingga peserta dapat bebas memilih kelas untuk belajar hal yang relevan dan sesuai dengan kebutuhannya.

“TPN hadir untuk memberikan ruang pendidik agar dapat mengekspresikan kemerdekaan belajar, mengembangkan kompetensi, menginisiasi kolaborasi dan membangun karier,” kata Adelina Anggraini, Ketua TPN 9 melalui siaran persnya, Minggu (5/6/2022).

Adel menjelaskan, rangkaian TPN 9 akan berlangsung hingga awal Oktober. Pada Juli-Agustus akan diadakan TPN di 50 daerah secara hybrid. Beberapa di antaranya Binjai, Sanggau, Majene, dan Flores. Lalu awal Oktober akan dilaksanakan pekan dan puncak TPN yakni 3-9 Oktober 2022 secara daring.

Najelaa Shihab, selaku pendiri Yayasan Guru Belajar yang turut hadir mengatakan, kurikulum merupakan hal yang penting untuk melengkapi dan mendukung pergerakan pendidikan. Diumumkannya kurikulum baru oleh pemerintah akan menjadi momentum bagi sistem pendidikan Indonesia.

Ia mengingatkan, apabila momentum ini tidak dimanfaatkan dengan baik, pada akhirnya tidak akan menghasilkan perubahan paradigma dan dampak transformasi pembelajaran yang selama ini diperjuangkan, yakni pembelajaran yang berpihak pada murid.

“Dengan peluncuran kurikulum baru, mudah-mudahan ini bisa diakselerasi lebih jauh lewat TPN 9 karena memang adanya kurikulum baru ini bisa jadi sesuatu yang menguatkan dan melengkapi,” kata Najelaa.

Ia juga mengungkapkan, adanya miskonsepsi mengenai kurikulum yang masih sering terjadi. Seperti pandangan bahwa kurikulum merupakan milik guru atau penyelenggara satuan pendidikan. Najelaa menegaskan, kurikulum seharusnya adalah milik murid.

“Kurikulum itu menghubungkan murid dengan tujuan pembelajaran, tapi lagi-lagi tujuan pembelajaran bukan hanya yang ada di selembar kertas atau yang ada di dalam satuan pendidikan. Tapi yang sesuai dengan konteks di dunia nyata. Ini butuh gerakan dan juga kesadaran,” tutur Najelaa. (*)

Exit mobile version