PADANG, HARIANHALUAN.ID — Hadirnya cerita anak berbasis budaya lokal bisa sebagai media literasi yang strategis. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami nilai-nilai budaya yang menjadi identitas diri siswa itu sendiri.
Hal itu dikatakan Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Negeri Padang (UNP), Dr. Nur Azmi Alwi, M.Pd., saat pelatihan bertajuk “Pelatihan Pengembangan dan Pengimplementasian Cerita Anak Berbasis Budaya Lokal sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Siswa SD bagi Kelompok Kerja Guru Gugus I Sungai Jariang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam” yang berlangsung sejak Juli hingga Oktober 2025 ini dipusatkan di SDN 01 Sungai Jariang.
“Cerita anak berbasis budaya lokal bukan hanya sebagai alat untuk mengasah literasi, tapi juga sebagai jembatan antara generasi muda dengan akar budayanya sendiri,” ujar Dr. Nur Azmi kepada Haluan Sabtu (26/7) di Padang.
Lebih lanjut dikatakan Dr Nur Azmi, pelatihan ini menjadi momentum penting dalam menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya literasi kontekstual yang berpijak pada budaya lokal. “Para guru peserta diharapkan mampu terus mengembangkan cerita-cerita anak yang tidak hanya menarik, tetapi juga sarat makna dan berakar pada nilai-nilai lokal yang memperkaya wawasan kebudayaan siswa,” ujarnya didampingi anggota Dr. Ridha Hasnul Ulya, M.Pd., Zahratul Azizah, M.Pd., Widia Nadiroha, dan Yaumi Aulia Fadira.
Dampak dari kegiatan ini kata Dr Nur Azmi, tidak hanya terlihat pada peningkatan kemampuan literasi siswa, tetapi juga pada penguatan identitas budaya lokal di tengah derasnya arus globalisasi. “Cerita anak berbasis budaya lokal menjadi sarana efektif dalam menanamkan nilai-nilai luhur, sekaligus menjaga warisan budaya Minangkabau agar tetap hidup dalam generasi muda,” tuturnya.
Ditambahkan Dr. Ridha Hasnul, upaya meningkatkan literasi siswa sekolah dasar di Kabupaten Agam juga terus mendapat perhatian dari kalangan akademisi. Salah satu langkah konkret adalah pelaksanaan kegiatan ini dengan dukungan penuh dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.
:”Tim ini terjun langsung ke lapangan untuk mendampingi para guru dalam proses pengembangan cerita anak berbasis budaya lokal serta penerapannya dalam pembelajaran literasi siswa sekolah dasar,” katanya.
Dikatakannya, kegiatan pelatihan dilaksanakan secara bertahap dengan menghadirkan sejumlah narasumber ahli. Salah satunya adalah Dr. Ridha Hasnul Ulya, M.Pd. dari Fakultas Bahasa dan Seni UNP, yang mengupas tuntas tentang teori dan teknik penulisan cerita anak berbasis budaya lokal. Selain itu, Ary Kiswanto Kenedi, M.Pd. dari Universitas Samudra juga turut berbagi materi, disusul dengan pemaparan dari Ainil Nilam Suri, M.Pd., guru dari SDN 01 Campago Ipuh, Kota Bukittinggi yang memberikan gambaran nyata praktik pembelajaran menggunakan cerita anak di kelas.
Sementara itu, Ketua Gugus I Sungai Jariang, Nafsi, S.Pd, menyebut bahwa pelatihan ini sangat relevan dan dibutuhkan oleh para guru. Menurutnya, pendekatan kontekstual berbasis budaya lokal menjadi solusi untuk menghadirkan media pembelajaran yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Selama pelatihan, para peserta tidak hanya menyimak paparan materi, tetapi juga aktif terlibat dalam diskusi dan praktik langsung. Mereka dilatih menulis cerita anak yang menggambarkan nilai-nilai budaya Minangkabau, serta diberikan bimbingan dalam mengintegrasikan cerita tersebut ke dalam kegiatan literasi di kelas. Tim pelaksana juga memberikan pendampingan dan supervisi secara langsung di sekolah peserta.
Salah satu peserta pelatihan, Roby Arjuna, S.Pd., mengungkapkan antusiasmenya terhadap pelatihan ini. Ia merasa lebih percaya diri dalam menggunakan media pembelajaran yang relevan dengan lingkungan siswa. “Kami sangat terbantu dengan pelatihan ini. Sekarang, kami tidak hanya memiliki cerita yang relevan, tapi juga tahu bagaimana mengajarkannya agar siswa lebih tertarik membaca dan menulis,” ujar Roby.
Tim pelaksana berharap agar pelatihan ini bisa menjadi model inspiratif yang dapat direplikasi di daerah lain. Kolaborasi antara perguruan tinggi dan satuan pendidikan dasar dinilai strategis dalam memperkuat ekosistem literasi nasional, khususnya yang berbasis pada kekayaan budaya lokal. (h/isr)